Rabu, 17 Agustus 2011

Ane nggak Merdeka, tetapi Galau -_-

Hari ini adalah hari kemerdekaan bangsa ane. Bangun tidur ane langsung ngucapin happy birthday to Indonesia di timeline, selayaknya warga negara yang baik yang seenggaknya tau bahwa negaranya sedang berulangtahun. Ucapan sederhana di timeline mungkin akan cukup menunjukkan kalo ane turut memperingati dan peduli dengan hari ini. Padahal, nyatanya ane nggak tau menahu kalau hari ini tanggal 17 Agustus (sebelum dikasihtau sama televisi dan timeline). Baiklah, ane memang payah dan parah. Jiwa nasionalisme ane enol besar. Buat ane, merdeka adalah nggak dijemur lagi di lapangan seperti jaman-jaman bangku sekolah dulu. Menyiksa banget. Seringkali ane lemes (walaupun nggak sampe pingsan) dan harus digiring ke tepi lapangan untuk disuguhi teh hangat. Walaupun ane sempat jadi anggota tonti dan mengibarkan bendera, nggak ngefek-ngefek amat. Buat ane, upacara bendera adalah sesuatu yang menyiksa. Tanpa mengurangi kehormatan ane pada para pahlawan yang berjuang demi kemerdekaan bangsa ini, ane benci upacara. Alasannya ya itu tadi, cetek sih. Tapi begitulah kenyataannya. Baiklah, cukup untuk 17 Agustusnya. Toh ane juga udah nggak napsu ikutan lomba makan kerupuk, panjat karung dan lompat pinang seperti dulu. Yang ane tau: Indonesia udah merdeka 66 tahun yang lalu, tapi rakyatnya belom.

Selanjutnya, ane nggak akan menggubris soal kemerdekaan Indonesia yang kebetulan jatuh pada hari ini. Karena buat ane, hari ini adalah salah satu hari libur yang patut dinikmati, waktu istirahat pasca operasi gigi beberapa hari yang lalu, dan (sialan) hari galau.
Kegalauan itu berawal dari rasa penasaran. Kebetulan, ane duduk di hadapan sebuah kaca dan sebuah senter. Kedua alat itu memungkinkan ane untuk melakukan sesuatu: menilik bekas operasi gigi beberapa hari yang lalu. Wow, bagaimana ya kabarnya sekarang? Ane pikir lukanya pasti sangat cantik, terjahit sempurna, dan akan segera sembuh. Dokter mungkin akan terheran-heran, bagaimana bisa pulih secepat itu? (Oke, ane kepedean mampus) -_- Semua itu karena sejak hari pertama pasca operasi, ane tidak mengeluhkan apapun. Semuanya terasa beres. Nggak sakit, juga nggak terlalu bengkak. Hingga ane pun sudah memberanikan diri untuk makan seporsi steak dan bahkan menyikat gigi. *Ya, mungkin ane adalah pasien paling songong*
Dan setelah ane mangap dan melihatnya dengan bantuan senter, ane kaget. Panik. Heboh. Update status. Memberitahukan pada seluruh dunia. -_- Nggak ane sangka-sangka, sebuah lubang besar menganga lebar pada bagian bekas operasi. Pikiran ane acakadut: kenapa ini? Jaitannya jebol? Penutupan lukanya gagal? Apa harus dijahit lagi? HAAAHHH.. sumpah, ane galau.

Beberapa temen ane sms untuk tau pendapat mereka. Bagaimana teman-teman? Apakah harus begini, atau begitu. Beberapa dari mereka menjawab. Mas Pram, seorang teman yang dokter gigi menyarankan ane untuk membiarkannya saja. Jangan di-uthek-uthek, nanti malah infeksi. Sebaiknya dibiarkan dulu, nanti sisa makanan yang ada di dalemnya bakal keluar sendiri kalo luka udah sembuh. Lalu jawaban dari Pren: semoga bukan dry socket, Boy! *Hadoh!* Ane tambah panik sekarang. Ya, kadang-kadang gara-gara kita tau terlalu banyak, kita jadi takut berlebihan. Lucu juga ya rasa takut bisa ditutupi dengan sempurna hanya dengan ketidaktauan. -_-

Ketakutan ane berlebihan sampai ane sms dokter ane. Entah dibales apa enggak, tapi kayanya enggak. Beliau pasti sibuk. Apakah SMS ane itu cukup penting dan harus dijawab? Entahlah, ane pasrah.

*setengah jam kemudian* (barusan)
SMS dari drg. Bambang! "Tidak apa2, nanti nutup."
*Angin berhembus* ane ayem sekarang. Baiklah, t'rimakasih Dok :')

HAHAHA.. Oke, selamat tidur! MERDEKA adalah TIDAK GALAU! :DD
Dirgahayu!

Tidak ada komentar: