Tampilkan postingan dengan label Curcol. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Curcol. Tampilkan semua postingan

Senin, 16 Desember 2013

Happy Grad, Me!

Selesai sudah saya boleh mengenes-ngeneskan diri dengan mengatasnamakan mahasiswa tingkat akhir. Sekarang saya resmi sudah menjadi sarjana muda yang sebetulnya nggak kalah ngenes juga dari mahasiswa tingkat akhir. Saya akan berhenti menggunakan aji aji "Kalo pake KTM, diskon dong?" dan berhenti ngomongin revisi skripsi di twitter. Kalau jomblo sih teteup *halah dimana mana promosi status lu* hahahaha. 

Dan ini dia bentukan saya berbalut toga, lengkap dengan ijazah di tangan cebok, dan bunga berwarna kuning favorit saya di tangan bagus. Jadi seperti ini to rasanya diwisuda? Wisuda dan segala prosesinya itu rempon666 men. Tapi bagaimanapun, hari itu saya bahagia. Saya bahagia melihat ibusuri, baginda, saudara-saudara saya, sahabat, teman-teman, semuanya senang dan makan makan dengan lahap. Foto SBY dan Boediono yang tergantung di dinding pun tersenyum bangga pada saya. Saya harus bangga dong men!
Pak SBY dan Tuhan memang sama sama belum pernah ketemu saya. Tapi posisi mereka di hati saya jelas jauh banget, kaya hubungan LDR size XXL. So, saya di sini cuma mau berterimakasih sama Tuhan, yang meskipun kita nggak pernah ketemuan, tapi saya selalu disertai dan diberkatiNya dengan luar biasa lewat orangtua, saudara, sahabat, teman, *men, kok nggak ada pacar men?* *pait*. Ya begitu deh. Menurut Tuhan, saya bagusan jadi sarjana muda yang jomblo biar kece. Jomblo kece.

Terima kasih untuk doa doa baik yang boleh saya dengar maupun yang tidak. Saya juga berdoa supaya kita semua sukses, menikmati masa muda hingga tua, selalu diberkati dan bahagia, sehat, makan yang cukup, tidak lupa tidur, tidak menjadi gendut, lebih banyak tertawa, dan lebih baik di masa depan :)

Salam, Mircung.

Minggu, 15 September 2013

Very Good Morning

Sunrise @Sayegan, Special District of Yogyakarta, Indonesia.

Melihat matahari terbit sebenernya bukan hobi saya. Bukan karena matahari terbitnya yang jelek lho. Gile lu, Ndro. Benda raksasa berwarna jingga itu selalu memukau saya pada saat nongol maupun tenggelam, meski sering saya maki maki ketika dia semakin tinggi hingga posisinya tepat di atas ubun-ubun. Padahal saya harus ngampus, naik motor dengan panas yang menggerogoti jiwa dan raga. Lebay ah. 

Oke, kita kembali ke matahari terbit. Jadi sebenernya pemandangan matahari terbit itu keren meski cuma disaksikan dari rooftop yang penuh dengan jemuran celana dalam. Tapi meski begitu, saya tetep nggak hobi berburu sunrise. Why? Semua itu semata mata hanya karena saya pemalas. Saya tidak rela menukar kasur dan selimut dengan pemandangan matahari terbit. Terserah apa kata lo. Biasanya sih begitu. Tapi beberapa sunrise mungkin bisa jadi pengecualian.

Pemandangan sunrise terbaik yang pernah saya saksikan adalah Golden Sunrise di Bukit Sikunir, Dieng. Waktu itu saya bersama teman-teman main saya, termasuk salah satu dari mereka adalah mantan pacar saya yang telah berjasa menjadi tour guide kami. Matahari terbit yang disaksikan dari atas bukit Sikunir telah membuat saya mangap mangap. Bola raksasa bercahaya jingga kekuningan itu menyembul dengan super cantik di antara megahnya gunung gunung yang bahkan, sebelumnya saya nggak pernah menyadari keberadaannya. Gunung-gunung itu adalah Sindoro, Sumbing, Merapi, dan Merbabu, dibaur dengan awan-awan ala ala negeri dongeng, semuanya itu berpadu membentuk lukisan alam yang kupastikan akan membuat siapapun tersenyum lamaaa banget. Dramatisasi. What a sunrise! Kasur dan selimut jelas nggak lebih berharga dari pemandangan sunrise seperti itu.

Golden Sunrise @Sikunir (source)

Sikunir, Dieng, Jawa Tengah (source)

Itu tadi adalah sekilas tentang sunrise terbaik yang pernah saya saksikan. Lalu bagaimana dengan sunrise di tempat yang lain? Sebenarnya postingan ini tidak melulu soal sunrise karena ini adalah sebuah cerita. Secuil lelucon yang terjadi pada hidup saya. Pada suatu pagi buta saya mengeluarkan sepeda saya. Belum mandi, belum apa apa. Waktu itu pukul empat pagi. Sangat tidak lumrah mata saya sudah bebas belek dan saya berjalan dengan semangat menuju gudang untuk mengeluarkan sepeda. Betapa saya pengen sepedaan yang jauh. Mungkin naik sepeda dari Demangan sampai Sayegan jam empat pagi adalah ide gila. Tapi nggak apa apa. Jauh-jauh begitu, Sayegan adalah rumah pacar saya saat itu.

Kurang lebih dua puluh kilometer saya mengayuh sepeda saya. Saya pikir naik sepeda dari Demangan sampai Sayegan adalah benar-benar ide gila, persetan dengan rumah siapapun yang saya tuju. Saya capek dan berkali kali berhenti untuk menarik napas dan tertawa. Jika kempol kaki saya seketika itu juga membesar hingga seukuran buah kelapa, mungkin saya akan berhenti dan menelpon siapapun untuk menjemput saya. Tapi saat itu saya cuma sedikit capek. Jadi setelah istirahat sebentar di Indomaret untuk menenggak beberapa galon, saya lanjutkan perjalanan saya masih dengan sepeda. Dan dengan pengalaman perjalanan ini saya ingin menyampaikan kepada siapapun cewek-cewek yang punya ide gila serupa dengan ini: sadarlah penuh bahwa kamu adalah cewek. Saya beberapa kali digodain orang nggak jelas di sepanjang perjalanan dan itu cukup membuat saya ingin melemparkan jumroh seukuran batu kali tepat di muka mereka. Seandainya itu benar-benar saya lakukan, saya mungkin dikejar. Tertangkap. Dimasukkan ke dalam karung besar. Diculik. Sepeda saya diambil. Ditampar. Diperkosa. Dijadikan budak. Dijual. Saya akan menangis keras-keras dan pacar saya pun saya pikir tidak akan menyelamatkan saya. Jadi saya buang niat itu jauh-jauh. Beberapa keinginan lebih baik dipendam demi perdamaian dunia, bukan begitu?

Saya tidak akan lagi meremehkan Mirsa Renaning Sukma. Saya sampai di depan rumah pacar saya tepat pukul 04.40 WIB. Saya mencapai Sayegan dengan kaki saya sendiri! Lebay lu, Ndro. Saat itu ketika saya sudah sampai, dia belum bangun. Well, saya juga tidak berharap dia sudah bangun, bebas belek, rapi, wangi, sedang menyapu halaman dengan mengenakan daster. Rumahnya sepi banget. Hanya dua pitbull yang dirantai di samping rumahnya yang menggonggongiku. Kupikir, apakah aku mirip balungan?

Menunggu pacar saya bangun, saya berkeliling komplek dan menikmati pagi saya di Sayegan. Komplek persawahan yang luas dan indah. Aspal yang basah oleh embun pagi. Gemercik air jernih yang mengairi sawah. Segerombol ikan kecil entah cethul entah wader yang berusaha keras melawan arus. Mereka pikir siapa mereka? "Kalian semua cuma ikan ikan kecil!", bisik saya. Saya menghirup udara Sayegan dalam dalam. Udara yang lebih sejuk dari yang biasanya  saya hirup di Demangan. Rerumputan dan eek-eek anjingnya pacarku yang sudah kering dan yang masih basah. Beberapa morning people yang menyapa saya dengan teramat ramah. Nenek lanjut usia yang mengenakan caping tersenyum pada saya. Sepertinya beliau sudah tidak mengantuk, malah, semangat sekali pagi itu. Beberapa bocah yang nongkrong di buk, bercengkrama satu sama lain. Gadis kecil yang manis sedang berlatih naik sepeda roda empat bersama ibunya. Sekawanan kambing yang sebenarnya masih ngantuk, tapi sudah digiring ke jalan karena tuntutan rutinitas. Mereka bisa apa? Pegunungan yang entah siapa namanya, berderet rapi. Bukit-bukit kecil yang oleh penduduk sekitar disebut gunung. Satu yang kukenal hanyalah Gunung Gedhang, yang padahal tidak ada pohon pisangnya. Suasana itu asik banget dan berhasil membuat saya senyum-senyum random. Nggak terasa, langit yang biasanya memayungi kami semua berubah cerah. Matahari yang masih sama dengan yang kemarin menyembul dari kejauhan. Warnanya selalu menjadi favoritku. Jingga kekuning-kuningan. Selamat pagi, Sayegan!

Suatu hari, kaki-kaki ini harus kuberi penghargaan. Dia layak mendapatkannya.

Pagi itu saya bersyukur karena pacar saya bangun. Kondisinya sehat, meski masih ngantuk banget. Mungkin jika saya tidak datang ke rumahnya pagi itu dia masih bermimpi nyenyak sekali. Mungkin saya telah mengusik paginya sedemikian rupa. Pacar macam apa saya ini? Sejatinya saya memang bukan seorang pacar yang baik. Oleh karena itu saya akan berusaha menjadi sesuatu yang lain: anak yang baik, sahabat yang baik, orang asing yang baik, atau mahasiswa yang baik, misalnya.
Saya ucapkan selamat pagi padanya dengan senyum yang biasanya dan segera mendapatkan balasannya. Kami duduk di ruang tamu, menikmati obrolan pagi dengan topik orang gila. Pacar saya dan mamanya tidak percaya bahwa saya sampai di depan rumah mereka dengan mengendarai sepeda. Saya tercap aneh, tidak normal, dan sangat neko-neko. Tentu saya tidak keberatan jika ditertawakan, karena mungkin saya memang begitu. Saya akan tertawa bersama kalian yang menertawai saya.

Hari itu saya nikmati bersama pacar saya, mamanya pacar saya, anjing-anjing pacar saya, dan tentu saja, sepeda. Betapa senangnya jadi saya. Saya mengayuh sepeda dan pacar saya mengikuti saya dari belakang, mengandeng pitbull berwarna hitam yang nama dan identitasnya disamarkan. Kunikmati komplek persawahan di Sayegan sekali lagi, bersama pacar saya dan anjingnya. Walaupun sekarang pacar saya sudah menjadi mantan, tapi saya tidak akan lupa. Mengayuh sepeda puluhan kilometer dan mendapatkan atmosfer pagi di Sayegan, jelas saya tidak akan lupa. Tapi mungkin saja saya akan lalai untuk mengingatnya. Mungkin saja nanti saya akan melupakannya. Saya memang payah untuk urusan menyimpan memori, jadi apabila dilupakan itu terasa menyakitkan, saya harus minta maaf.

Saya mencoba mengingat lagi wajah mantan saya. Haha saya mungkin seharusnya kawathir akan terserang CLBK mendadak karena mengingat wajah seseorang di masa lalu yang mungkin pernah ada di hati saya. Saya mungkin bisa meleleh secara dramatis kemudian menghubunginya kembali, memohonnya untuk tetap tinggal, mengajaknya balikan. Tapi sering saya hanya tertawa dan meneruskannya dengan tanpa ragu. Saya mencoba melihat apa yang ada di dalam matanya pagi itu. Saya nggak bicara tentang seberapa besar belek yang terperangkap di sudut matanya tapi tentang yang lain. Sedikit terkejut saya mencoba menerjemahkan sepasang mata kemerahan yang bercerita banyak dan berisik sekali, rasanya seperti melihat film Thailand tanpa subtitle. Ijinkanlah saya sok tahu dan lancang menerka-nerka bahwa banyak sekali yang dia sembunyikan di sana dengan susah payah, entah apa. Sesuatu yang dengan sengaja ia perangkap di sana. Saya tahu saya tidak harus memikirkannya. Saya tidak harus peduli. Saya mungkin adalah salah satu dari entah, yang dia harapkan untuk tidak tahu. Saya melihat matanya sekali lagi dan belum cukup mengerti, tapi kemudian saya perintahkan diri saya untuk berhenti. Saya memang tidak harus memikirkannya, saya tidak harus tahu, dan saya tidak harus mengerti. Saya ingin memeluknya dan kemudian membiarkannya sendiri. Untuk dapat hidup. Untuk dapat bahagia.

"Hey, You. Tentang pagi itu, pagi itu banyak sekali yang aku pikirkan dan aku tidak peduli dengan apa yang ada di dalam kepalamu. Aku mengayuh sepeda sampai rumahmu, mengucapkan selamat pagi, dan mengajakmu sepedaan. Aku hanya berpikir bahwa pagi itu mungkin akan lebih baik jika aku memulainya dengan kamu. Dan aku nggak salah. Terimakasih untuk pagi yang melelahkan tapi asik."

It was a very good morning.

Rabu, 14 Agustus 2013

What a day!

Berpikirlah bahwa hidup adalah sebuah komedi, sampai suatu hari kamu mencelakakan orang lain. Dalam part ini hidup nggak lucu lagi, Bro.
"Astaga bapaknya kena! Jatuh! Bawa telur!". OH MY GOD.
Minggu, 4 Agustus 2013. Hari itu adalah pertama kalinya aku berani membawa mobil ke kota yang tengah dipadati arus mudik lebaran dan siapa sangka, hari itu aku mencelakai orang. Nggak sengaja spionku menyenggol keronjot berisi sekwintal beras dan enam puluh kilogram telur milik seorang bapak yang mengendarai sebuah motor butut. Dengan beban seberat itu, bapak itu ambruk bersama isi sekeronjot yang tumpah ruah ke jalan raya. Bapak itu tidak boleh mati. Semua telurnya kuharap menetas jadi ayam dan mereka menyelamatkan dirinya masing-masing, please!

Kuremat stir erat-erat dan hanya bisa bengong untuk beberapa saat sebelum ikut menghambur keluar mobil bersama Pren dan Tori, memastikan bapak itu nggak kenapa kenapa. Sebagai tersangka utama aku pun turun dari mobil, lemes level tiga tingkat lebih buruk daripada diusir dosen dari ruangannya. Aku mendekati kerumunan itu. Kulihat seorang Bapak yang baru saja kutabrak duduk lemes dengan nafas tersengal-sengal, memandangi telur dan beras yang berserakan di depannya. Tangan dan kaki bapak itu luka-luka, lebih parah dari yang kuperkirakan. Beberapa orang berusaha menenangkan, termasuk Pren dan Tori. Aku mendekat lebih lagi untuk bertemu muka dengan bapak itu, memperkenalkan diri (penting banget) dan minta maaf. Sesaat setelah kejadian, muncul seorang ibu-ibu yang entah muncul dari planet mana. Dia dateng-dateng langsung heboh sendiri menanyakan kronologi kejadian sama semua orang. Sepertinya ibu ibu itu datang dari gua hantu soalnya setelah dia datang suasana jadi sureeeem, gaduh, keruh, mambu. Daaan you know what, nggak lama kemudian, po**lisi datang bersama dengan antek-anteknya. Eng ing eng! PO**LISI! Matik. Seketika tercium bau gosong dari kepalaku and all I wanna do is kelekaran di aspal, diguyur seember penuh es cendol. 

Perdebatan kecil pun terjadi antara aku dan po**lisi. Yaiyalah, aku dan bapak-bapak yang kutabrak sudah bersepakat untuk menyelesaikan kasus sruduk-srudukan yang tidak disengaja ini dengan cara kekeluargaan tapi pihak po**lisi ngotot. Penyelesaian dengan cara kekeluargaan rupanya harus dibuat kesepakatan hitam di atas putih dengan materai yang dibubuhi tanda tangan. Okay, sepertinya aku akan berada dalam masalah ribet. Pilihannya cuman dua: hadapin atau lari dari kenyataan dan main layangan.

Setelah menghubungi keluarganya, bapak itu diantar regu penolong ditemenin Tori sedangkan aku dan Pren ke kantor polisi untuk meladeni urusan thethek bengek yang bakal ribet (banget). Kantor polisi rame banget, saingan sama Pasar Godean kalo lagi Pon-ponan. Rupanya barusaja ada kasus mobil kesruduk bus pariwisata. Yaelahbro, musim banget ya sruduk-srudukan gini. Sedih ane. Dan berhubung bapak-bapak po**lisi sedang ribet ngurusin kasus itu, kitanya malah dicuekin. Akhirnya aku sama Pren memutuskan untuk ke rumah sakit dulu aja, memastikan bapaknya tertangani dengan baik. Tapi sebelumnya kita balik dulu ke tempat kejadian perkara untuk mengambil telur-telur dan beras yang masih kalap. Tadi sih banyak orang yang bantuin mungutin gitu. Sesampainya di TKP, suwung bangettt. Ini mana barang-barangnya yang tadi udah dikumpulin? Aku celingukan kemudian nanya sama yang punya warung nggak jauh dari lokasi kejadian.
"Pak, tau kecelakaan yang di depan tadi kan? Barang-barang yang tadi dikumpulin kemana ya?"
"Wah, nggak tau mbak. Udah diambilin orang."
FTW!
Nggak ngertik lagik. Ada orang yang bisa menjarah harta benda orang lain yang lagi kena musibah. Salah satu tanda ketidakwarasan.

Di rumah sakit, kita menemui korban dan keluarga korban. Semuanya tertangani dengan baik. Selanjutnya kita harus ngelanjutin urusan di kantor po**lisi. Sesampainya di kantor, semua keluarga bapak itu berkumpul (edan, lengkap banget semuanya pada dateng) sedangkan kita bertiga kroco-kroco sendirian aja. Kesepakatan pun dibuat dengan sedikit banyak perdebatan. Tapi untung, urusannya nggak seribet yang diperkirakan kok hehehe. Sepertinya bapak po**lisinya udah nggak tega melihat kengenesan ini jadi semuanya dikelarin dengan lancar. Bahkan ane nggak disuruh bayar. Sebenernya sih mau sekalian minta tolong ngerjain skripsi sekalian tapi nggak enak yaudahlah.

Setelah semua urusan kelar, selalu ada urusan lagi yang menunggu untuk dikelarin. Oh, life.
Kita masih punya tanggungjawab mengantar bapak itu ke pulang. Rumahnya ada di Kulonprogo. Baiklah. Sesampainya di rumah bapak itu, kita punya agenda seru yaitu memisahkan beras yang kena telur dari beras yang masih bersih. Ini rempong bangeeeet.. tapi karena dikerjakan rame-rame, akhirnya kelar juga. Dan namanya juga musibah, siapa yang berharap musibah terjadi? Semua ganti rugi dan kerugian yang harus ditanggung emang udah paling bener diikhlasin aja dan dijadiin pelajaran.

Emang gokil hari itu. Dan setelah semuanya ini, masih ada skripsi yang menunggu untuk diselesaikan. Mungkin yang gokil bukan cuma hari itu. Hehehe ;)



Selasa, 12 Maret 2013

SKRIPSI Behind the Scene - 1

Tidak bisa dipungkiri bahwa fase kehidupan mahasiswa akan sampai pada fase menyenangkan berjudul NGURUSIN SKRIPSI. Begitu juga dengan aku. 
Dadi, ayo bro kita selesaikan dengan baik apa yang sudah kita mulai!

My Scriptsweet Gangster, Uthe2 Upil dan Daiyen :*

Rabu, 6 Maret 2013
Lokasi: Ganjuran
Ini adalah revisi edisi XXX. Mencari subjek penelitian untuk kepentingan skripsi ternyata sulit sulit susah. Kebanyakan persyaratan, kayak orang mau lamaran aja. Berhubung dosen pembimbingku tiba-tiba kurang setuju dengan subjek yang sudah kulobi dari jaman dinosaurus, dengan senang hati aku harus kembali melakukan survey. (FYI, di dalam pengerjaan skripsi, segala sesuatu yang "tiba-tiba" sangat dihalalkan. Apalagi kata dosen pembimbing, untuk kebaikan penelitian kita. Untuk bangsa Indonesia!). Jika sudah membawa nama Bangsa begini, aku menyerah wae. Aku bisanya cuma ngetweet. Maka dengan apapun yang dikatakan dosenmu, silahkan manggut-manggut dan bilang "Nggih".
Sore itu juga (personil: aku, Daiyen, Sandra) meluncur ke Ganjuran untuk mengunjungi salah satu panti asuhan swasta yang menjadi incaran utama. Kita bertemu dan berbincang dengan kepala pengurusnya, dan berhehahehe supaya diijinkan untuk melakukan penelitianku di sana. Kamu pikir gampang? Ternyata kita tidak diijinkan, bro. Beliau sudah jelas-jelas menolak walapun secara halus. Aku kudu piye?
Foto-foto wae. Senjanya cantik, bro. Haha

 Mengintip senja di balik rimbun pinus

Senja di Ganjuran

Untunglah kepala pengurus panti itu cukup baik memberikan solusi sebagai pengganti. Ibarat cintaku ditolak Adam Levine,  kemudian dicarikan pengganti John Martin. Fear. Dan benar, Sabtu ini aku akan berangkat ke Boro, Kalibawang, Kulonprogo untuk menemui kepala pengurus panti yang telah direkomendasikan kepala panti Ganjuran.

Berikut ini adalah chat-ku dengan Daiyen Jumapolo, gengster skripsiku yang paling setia. Akhir-akhir ini aku sering memanggilnya dengan "Kak" supaya lebih imut. Dan dia pun kadang begitu. Dia juga memanggilku "Kak". Dia ingin ikut-ikut kelihatan imut? Males deh.

"Jam berapa besok, Mir? 6? :D"
"Ojo pagi pagi, Kak. Aku melek aja susah. Aku belum siap, Kak. Jam 8 lah paling ora."
"Oke oke, aku tau kok. Bawa busana pantai nggak?"
*Daiyen ini dimana sih hati nuraninya? Katanya mau nemenin aku survey skripsi kok malah mengajakku main ke pantai.*
"Kamu ingin ke pantai, Kak? Yo."
"Hahaha eh besok itu, kamu tau jalannya nggak, Kak?"
"Hahaha enggak hahaha"

***

Sabtu, 9 Maret 2013
ALARM. Dismiss. Tidur lagi.
Kemudian ada sms masuk. Pacar? Hell no. Itu Daiyen.
"Kak, aku baru banguuuuun!"
07.45. Greeeeaaat! Saat itu juga ingin kuajak tos.
"Samaaaaaa hahaha!"

Walaupun kesiangan, tapi akhirnya kita berangkat juga. Untungnya, semalam aku sempat sms teman-teman asal WestProg untuk menanyakan TKP. Kata mereka, Kalibawang itu jauh banget. Pret. Ternyata enggak.
Tapi untuk menempuh perjalanan ke sana, kita tersangkut dimana-mana. Di warung ibu-ibu (di sini aku dibeliin lolipop sama kakak Daiyen :') dan di pabrik penenunan kain. Walaupun demikian, kita akhirnya menemukan panti asuhan yang kita cari. Karena di dalam setiap perjalanan itu, kita tidak pernah sendiri. Selalu ada orang-orang di pinggir jalan untuk bisa dimintai jawaban. Bahaha

Setelah kita menyelesaikan segala urusan dan thethek bengeknya, aku mengajak Daiyen untuk main-main sedikit di Kulon Progo yang memiliki sebutan "The Jewel of Java" *uopo*. Kudengar ada hamparan kebun teh di daerah ini. Tepatnya di Menoreh, pegunungan berhawa sejuk yang tidak pernah aku sangka-sangka ada di Jogja. Berhubung memang belum pernah dan cukup kepo, kubulatkan tekad untuk mencari kebun teh Jogja yang terdengar mustahil itu. Yap, walaupun naik motor metik. Hanya berdua. Dan dengan Daiyen. Daiyen itu cewek. Dan aku juga cewek.

Perjalanan ditempuh dengan penuh kesabaran. Setidaknya dengan keyakinan yang ada dalam otak kami masing-masing bahwa pemandangan yang kita lihat nanti setimpal dengan perjalanan ini, kita bertahan. Kadang mulus kadang prongkal berbatu, kita tergoncang dan menjerit minta ampun. Kadang panas kadang hujan, kita mengeluh pada langit yang mempermainkan kita. Beruntung, tanah longsor dan angin topan tidak datang hari itu. Itulah perjalanan. Sesuatu yang selalu aku nikmati dan rindukan.

Tidak jauh, itu menurutku. Entah menurut Daiyen bagaimana. Yang jelas, dia jejeritan sambil memegangi pundakku erat-erat setiap kali ada yang salah. Entah dengan jalannya, entah dengan aku-nya. Kita pun sampai pada sebuah portal. "Mas, kebun teh lewatnya mana mas?" "Masuk aja, Mbak. Masuk aja. 5 ribu ya." Setelah membayar, kami pun meneruskan perjalanan sambil celingak-celinguk mencari hamparan pohon teh. Tapi dari portal sampai ke parkiran, aku nggak melihat tanda-tanda perkebunan teh. Semuanya suket. Piye? Ora sido pucuk pucuk pucuk. Kutanya pada mas-mas parkiran, katanya ini Suroloyo. Kutanya kebun tehnya dimana, katanya ada di atas. Naik aja. Bro, ternyata ini adalah Puncak Suroloyo. Bah! Oke, kita naik.

Broooo.. tangganya brooo.. saingan karo undak-undakan makam raja-raja Imogiri!
Udara di Suroloyo memang cukup sejuk, terutama ketika angin datang. Tapi matahari tetep aja panas menyengat. Kembali kukumpulkan semangat sambil ngemut lolipop. Satu satu kakiku menaiki anak tangga sambil mencari kebun teh. Endi kebun teh? Siji loro telu. Siji loro telu. Akhirnya kita sampai di puncak dan tidak ada kebun teh tuh. Kalo orang pacaran sih ada. Asem tuh mas-mas di parkiran.

Puncak Suroloyo. Dari atas sini, semuanya tampak begitu kecil

ZONKED! Namanya juga hidup. Kadang di atas, kadang pengen ke kebun teh tapi malah ketemu tiga couple bermesraan. Aku sih biasa aja. Bagaimanapun, aku jadi pernah ke Suroloyo walaupun tanpa disengaja. Matahari semakin tinggi, perut semakin keroncongan. Itu semua mungkin tidak ada hubungannya, tapi bodo amat. Apakah kita akan selamanya memandangi mereka berenam mbojo? Enggak kan? Enggak. Makanya kita harus turun. Menuruni anak tangga terasa lebih menyenangkan ketimbang naiknya. Pemandangan.. pemandangan.. di sebelah kanan, ada beberapa tanaman kopi yang membuatku nggumun. Iya, aku pancen ndeso kok. Aku seketika langsung melompati pager untuk memetik beberapa biji kopi. Kopi! Sesuatu yang sangat kucintai e. Hahaha! Di sebelah kiri ada tanaman teh. Kebun teh? Gila nih kebun teh, tadi kemana aja kok nggak kelihatan tapi sekarang bisa kelihatan? Ini pasti mistis. Ini pasti bukan salah mataku pemberian Tuhan. Ini pasti mistis. Kebun teh itu lebih terlihat seperti kebun telo dibandingan kebun teh. Sedikit banget tanaman tehnya, dan ditanam jarang-jarang! Jelek! Aku nggak minat. Aku mauk pulang.

Laper, kita melipir ke warung yang ada di depan kebun teh jelek itu. Dian juga mau sholat, jadi aku nungguin dia sambil makan indomie dan menyeruput kopi tubruk. Adegan yang sama pernah kualami di perkebunan teh di Lembang, Bandung bersama para gembel itu. Ah, jadi kangen mbolang banget woi! Saat makan di rumah warga begini yang bisa kita lakukan adalah ngobrol dengan pemilik warungnya. Kebetulan pemilik warung itu adalah sebuah keluarga selo. Ibu, Bapak, dan anaknya yang bernama *embuh, pokoke ngarepe Y*. Ibunya sibuk membuatkanku indomi, anaknya senyum-senyum sambil berkali-kali memanggilku "mbak" hehe (untung bukan mas), dan bapaknya kongkow di depan warung. Kutanya saja, dimana letak kebun teh yang kabarnya jadi tempat wisata di daerah ini. Bapak itu ternyata cukup tau lokasi yang kumaksud. Oke, semangatku untuk berpetualang pun kembali. Berkat segelas kopi tubruk dan semangkok indomi panas juga, tentunya :)

Kali ini perjalanan terasa lebih heroik. Bagaimana tidak? Jalannya asoy. Silahkan caritau dan rasakan sendiri. Kamu nggak penasaran? Mbok penasaran to, plis :|
Semangat dan tekad kuat melahirkan hasil, bro. Biarkan gambar-gambar ini yang bercerita karena tangan gue sempal.

Kebun Teh di Samigaluh, Kulon Progo

Me on tea walk!

Ampun, Mir! :))

Ya, demikianlah cerita perjalananku. Cukup berkesan untuk dijadikan bahan ngeblog. Terimakasih semua. Kepada pembaca, kepada semua rekan perjalanan, ibu-ibu warung, bapak-bapak tukang bangunan, bapak-bapak kongkow, adek-adek anak sekolahan, ibu-ibu penjual sayur, dan semuanya yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu. Tanpa kalian, mungkin aku nggak akan sampai di rumah. Kalian semua terberkati. Hehe

Kamis, 27 Desember 2012

Wonogiri! Hahehahehahe

Hai. Ada yang tau wonogiri?
"....."
*ampun*
Gimana sih kamu. Masa wonogiri aja nggak tau? MASA NGGAK TAU?! Kalau kamu nggak tau wonogiri, mungkin kamu harus tanya sama @jun_kenyut atau @yudha_benni . Keduanya adalah putera dan puteri wonogiri yang membanggakan, mengerti dan memahami wonogiri melebihi google. Sangar kan.

Waduk Gadjah Mungkur, Wonogiri

Nah, kali ini ane akan bercerita mengenai kesempatan weekend hore di wonogiri. Kesempatan kadang hanya datang satu kali. Mungkin beberapa memang datang dua atau tiga kali. Tapi jika kesempatan nggak datang-datang, ciptakanlah kesempatanmu sendiri *iki opo*. Jadi beberapa hari yang lalu ane liburan ke wonogiri, destinasi yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya. Hahaha! Liburan itu berawal pada suatu pagi yang hectic, dimana ane sedang sibuk mengerjakan tugas di kos temen sebut saja Daiyen. Entah sarapan pake apa ane pagi itu, yang melintas di pikiran ane adalah waduk gadjah mungkur. Kemudian ane membayangkannya. Hanya dengan membayangkan, ane jadi penasaran. Sepertinya iseng membayang-bayangkan itu bisa berakibat berkepanjangan. Hati-hati ya dengan apapun yang kamu bayangkan. Hehe Semata-mata hanya karena ane mengalami rasa penasaran yang mendalam pada waduk gadjah mungkur,  ane lalu meng-sms kenyut. "Nyut, aku ingin ke wonogiri". Dia lalu menghentikan sarapannya kemudian riang gembira.
Singkat cerita, hari itu juga kita berangkat ke wonogiri tanpa pamitan sama sanak saudara. Pada hari-hari berikutnya akhirnya ane tau bahwa mereka pun nggak nyariin keberadaan ane *baygon mana baygon*.

Ternyata Jogja-Wonogiri jauh, padahal perasaan deket. Perjalanan Jogja-Wonogiri butuh waktu sekitar 3 jam naik metik. Gimana kalo jalan kaki? Ya yang pasti ada pertanyaan-pertanyaan yang nggak perlu untuk dijawab supaya yang tanya mikir sendiri. Ya, jadi tiga jam perjalanan itu sudah termasuk lampu merah, polisi tidur, dan mampir beli martabak. Jadi ceritanya ane nebeng kenyut yang pulang kampung dan ingin membawakan oleh-oleh martabak. Malam itu kita sempet kehujanan juga di jalan dan basah. Maybe pas itu kenyut berniat adegan india-indiaan gitu di bawah rintik hujan tapi setelah melirik ane niat itu kandas sudah. Hahahah ya, pesan yang dapat dipetik dari paragraf ini adalah bahwa LDR itu tidak mudah.

Akhirnya kita pulang ke rumah kenyut setelah menyantap capcay paling enak sedunia *ini menurut kenyut* yang ane iyain aja biar cepet. Sesampainya di rumah kenyut, ane dikenalin sama keluarganya gitu. Ternyata dia berniat serius ya selama ini? Gue pikir dia cuman ciyus aja. Jadi kepikiran deh *ini ngomongin apaan*
Malam pertama kita berdua tepar *ini apa lagi*
Paginya kita berencana buat menjelajahi wonogiri. Emang ada apa aja sih di wonogiri? Eits.. jangan salah ya. Di wonogiri itu ada waduk terbesar seasia tenggara. Ya memang dimana-mana yang namanya waduk itu menampung air doang sih, begitu juga dengan waduk gadjah mungkur. Airnya pun keruh a.k.a buthek. Lah, kok ane malah nyacat? Hahaha bentar dulu dong, ini belum selesai. Buthek-buthek gini, tahukah kamu bahwa waduk gadjah mungkur punya manfaat yang sangat banyak, terutama bagi penduduk sekitar? Yaaa salah satunya adalah untuk foto foto. Tapi jujur kacang ijo ketan hitam, sesampainya di sana ane nggak tahan sama panasnya yang bener bener hot-hot potato. Jadi kita duduk di bawah pohon rindang sambil kipas-kipas. Elit sekali.

Wisata wonogiri nggak berhenti sampai di sini aja. Ane beserta ketiga temen ane yang kesemuanya adalah putra dan putri wonogiri ini bermaksud untuk mendaki bukit gantole, spot pergantolean di wonogiri yang katanya (katanya orang-orang wonogiri) memiliki pemandangan yang indah. Dari atas bukit kita dapat melihat seluruh perairan gadjah mungkur dan pada saat itu juga ente akan spontan manggut-manggut, memahami arti hidup. Jika beruntung, ente akan mendapati orang-orang yang bergantoleria di bukit ini. Sayang, hari itu kita nggak ketemu sama orang-orang yang main gantole. Dan jika ente adalah seorang anak layangan sejati, mungkin ente akan menyesal banget gara-gara nggak membawa layangan. Pasti seru lho main layangan di ketinggian gitu. Anginnya tuh ideal banget buat menerbangkan layang-layang. Tapi nggak masalah nggak bawa layangan selama ente bawa pacar. Main pacar juga lumayan seru kok. Anginnya tuh ideal banget buat menerbangkan pacar. Teeeet! *oke, something wrong*

Nah, ini dia beberapa momen yang berhasil dibekukan untuk mengabadikan ane dan wonogiri :)

berniat levitasi hore, but totally failed :\
mengejar bidadari

pirates of gadjah mungkur!

aku dan sakura kuniiiing! *grin*

pirates of gadjah mungkur :))

me and tingti

Sabtu, 08 September 2012

September Ceria Hahaha!

Halo blog, ayo dong setel dulu lagunya Coldplay - Yellow acoustic version. Ihiiii.. asik. Hahaha sekarang ini lagi banyak banget yang aku kangenin boy. Mungkin nggak perlu dijabarkan satu persatu di sini. Nanti bisa rada-rada galau gitu. Rada-rada mellow gitu. Rada-rada kebelet boker gitu. Hahaha sengaja aku tambahkan kata "rada-rada" di depannya, hanya karena aku terlalu pengecut untuk mengaku pada dunia bahwa aku memang sedang galau, mellow, dan yah, semacem kebelet bokerrr. Sudahlah, jangan pikirin aku. Pikirin aja skripsi aku, kerjain juga kalo bisa. Hahaha bagaimanapun aku masih Mircung, mahasiswi semester tujuh. Mengambil skripsi, dan aku ingin lulus tahun depan. Dulu, kupikir ini berat. Tapi nyatanya, ini jauh lebih berat daripada yang aku bayangkan. HAHAHAHA selamat Mircung, nggak bakalan ada yang lebih seru dari ini, percayalah. Kamu akan segera tau kalo ternyata kamu itu kuat dan berotot.

Ah, jadi lupa. Tadi kan aku bilangnya kangen. Iya, kangen nulis geje di blog juga. Apalagi ane lagi patah hati nih ceritanya, jadi bawaannya pengen curhat. Memang bukan untuk yang pertama kalinya sih, tapi ini rada-rada aduhai daripada yang pertama pas sama kak john itu. Dia sibuk syuting terus ninggalin ane gitu aja. Iya sih ane rakyat jelata sedangkan dia artis. Mau nggak mau kita harus dipisahkan karena perbedaan. Sedih banget gue sampe sampe makan aja tiga kali sehari. Biasanya empat. Jelas jelas aja ane nggak terima diginiin. Jadi selain harus bilang wow, ane juga harus mengubah cara ane menerima ini semua *aduh tolong, gue butuh pijet sekarang* hahaha

Heaven on earth! Wiiiiii :D

Hai boy, pernah patah hati? Rasanya cuman kayak digigit semut kok. Tapi ternyata semut itu adalah hasil perselingkuhan ibu semut dengan dinosaurus. Hahahaha ya, sakit pastinya boy. Kalo habis itu langsung dikasih donat selusin gimana? Ya tetep sakit. Kalo dikasih bunga sama coklat? Ya tetep sakit boy. Kalo habis itu ditampar? Ya sakitlah, dodol. Ya intinya, patah hati itu sakiiiiit *i nya banyak*, menunjukkan penekanan gitu. Kalo cuman 'sakit' doang itu sih biasa banget boy. Itulah asiknya nulis. Mengkombinasikan 24 abjad untuk menuangkan apa yang mau kita citrakan lewat kata-kata. Kata-kata itu bisa lebih dari sekedar kata-kata boy. ...more than words to show you feel, that your love for me is real.. what would you say if i took those words away then you couldn't make things new just by saying i love youu Eh, btw ane kangen karaoke juga deh. Perasaan kemaren baru karaokean. Kangenan banget sih, heran deh.

Nah buat ente ente yang udah membuktikan kalo patah hati itu sakitnya bukan cuman gosip, selamat. Ente  termasuk dalam jajaran manusia berpengalaman. Hahaha *PLAK* enggak, bukannya gitu. Sabar aja ya boy. Kadang-kadang kita ini *ups, perotes ya pake 'kita'* haha okelah, ane. Ane ini pelupa. Lupa mandi sih masih nggak papa. Tapi kadang-kadang kita lupanya kelewatan. Lupa bersyukur, lupa kalo apa yang ada sekarang ini belum tentu punya kita. Jadi sok-sokan gitu kan. Nah, lupa bersyukur itu ternyata parah banget efeknya, jelas lebih parah daripada lupa mandi walaupun ane nggak pernah sih. Ane kan rajin mandi *preeeet* :p

Jadi apalagi dengan usia duapuluhan begini, minimal kita harus mengerti bahwa kita harus menerima saja apa yang datang, dan apa yang pergi dengan cara yang oke. Toh, salah siapa pacarnya nggak diasuransiin hayo? Kalo terjadi apa-apa kan nggak ada jaminannya. Janji itu bukan kontrak, boy. Kalo ente mau bikin kontrak, mendingan pas jadian bikin janji pake materai enem ribu gitu buat lucu-lucuan. Hahaha enggak lah ya, ane percaya. Ada yang harus kejadian tanpa kita harus mengerti kenapa harus begini dan begitu. Kenapa nggak gini aja, kenapa nggak gitu. Semacam pertanyaan random yang tetap dibiarkan aja jadi pertanyaan yang nggak, atau mungkin belum ada jawabannya. Itu bisa mendewasakan kita. Kata @chocououo "People are people. But sumtimes they change their mind. So just let them go away, and let me start this.." *ini gue dibayar, jangan salah* hahaha

Itu tadi semua emang nggak semudah membalikkan telapak tangan boy, tapi sumpah ini tulisan ane nggak kreatif banget masih pake perumpamaan telapak tangan. Bsssttt.. iya itu tadi. Move on itu emang nggak gampang karena kita bukan robot. Tapi kita mencoba, berusaha, dan harus bisa. Good. Sedih itu wajar, nangis itu boleh banget apalagi kalo mau cetak rekor dan dimasukin di dalem what to do list kamu. Nggak ada salahnya kan kebanggaan dan keluputan masing-masing orang itu beda-beda. Hahaha ya sengenes-ngenesnya ente, seenggak adilnya ente merasa diperlakukan, tapi jangan sampe berubah jadi Ti Pat Kay juga sih. Dahulu beginilah cinta.. *yak, ente semua pasti pada tau kelanjutannya, ketauan generasi 90an* hahahahaha

Selanjutnya, ane mau membahas soal kenangan *wusss* nah, kenangan yang paling lekat di kepala adalah kenangan yang paling dekat. Yoiyolah, emang gitu kan. Hahaa nah, ane ini emang hobi banget bikin kenangan hore dan diabadikan lewat kamera.  Ini nggak ada hubungannya sama kepikunan ane sih, seru-seruan aja. Lagian kan sayang kalo momen indah nggak diabadikan. Misalnya kita lagi mbolang bersama, makan bersama, ngerjain tugas bersama, main kelereng bersama, kerja sama nyolong mangga, gitu deh. Semua ane dokumentasikan dengan rapi. Semuanya ane inget, semuanya itu tetep hore abis dan nggak bakalan ane lupain gitu aja. Pada awalnya sempet nggerus gitu, semacam kecewa karena kenangan kita yang hore itu ternyata nggak jadi sejarah dari masa depan yang kita harap-harapkan. Itu artinya apa? Itu artinya kita masih ngarep. Kayaknya sih ngarep sama sesuatu yang nggak bisa dingarepin itu semacem bisa jadi kiamat kecil gitu. Butuh waktu, tapi suatu hari kita harus menyadari bahwa perubahan skenario itu bisa terjadi kapanpun, dan bukan berarti lebih buruk daripada skenario sebelumnya. Nothing to lose.

Ketep Pass with @hayuwindar

Dear @hayuwindar yang kini bukan lagi Mircung's, hehehe ini emang lebay tapi semoga kamu baca. Kita pernah ada pada suatu masa. Hore tiada tara. Semoga aku dan kamu akan sama-sama hore walaupun jalan kita sama sekali berbeda. Kamu dan dia, kupikir kalian luar biasa untuk bisa bersama dan aku harus bilang wow. Kalian harus hore. Hahaha aku anggep aja perbolangan kita harus sudah selesai, tapi kita pernah jadi partner mbolang yang luar biasa. Mungkin cerita kita ini emang cuman buat diinget-inget aja, tapi cukup untuk bisa bikin senyum-senyum sendiri, cuman nyengir, atau mungkin hahaha nggak jelas. Yang pasti, kita sejatinya adalah malaikat hore yang harus menebar hahaha dimana-mana.
Salam hore tiada tara! :)

Don't let the pain make you hate. Let it to make you stronger.
I do not hate you, her, and everything about us :)

Kamis, 26 April 2012

Luput!

Semenjak lahir hingga sekarang hidup ane cukup hore sebagai manusia biasa. Kerjaan ane hehahehe kemana-mana bersama teman-teman semua. Apalagi sekarang ane bukan lagi jomblo ngenes seperti yang kalian tuduhkan. Yes, it feels so right beibi! Sampai suatu hari ane dihadapkan pada outline skripsi berdeadline yang tidak senonoh. Yap, fakultas ane memiliki kebijakan superbijaksana untuk mengambil skripshit *eh skripsi di semester 6. Skripsi adalah momok. Skripsi adalah momok. Skripsi adalah momok. Yak, sugesti buruk diterima. Adakah yang bisa mencabutnya? Somebody help mih. Helep. Helep. Helep *megapmegap* *butuh oxycan*

You know, bikin perencanaan mbolang aja susah. Apalagi perencanaan skripsi. Ane pun mengobrak-abrik tumpukan buntel tempe dan menemukan selembar kertas yang pating plekuk itu. Kartu perpus. Nyahahaha dear kartu perpus, sori ya. Kalo lagi butuh aja ane cari ente. Selama ini aku menelantarkanmu di dalam tumpukan buntel tempe. Sungguh nista.

Cieee sekarang ane jadi anak perpus cieee.. gotong2 textbook, pasang tampang pusing padahal kebelet boker, pantengin laptop padahal twitteran, dan tidak lupa update di foursquare supaya eksis. Beberapa kali bahkan ane dianterin mas pacar ke perpus buat nyari bahan skripsi. Makasih ya mas pacar yang selalu sabar nemenin ane mayeng-mayeng kemana-mana. Sesuatu banget haha : ) *dipleroki seantero perpustakaan*

“Hari ini ane mau ke perpus. Semoga perpusnya nggak roboh.”

Iya iya, ini memang suatu pencapaian besar. Jadi kapan terakhir ane ke perpus? Lupa. Yang jelas dulu penjaga perpusnya nggak setua ini ya kayaknya #PLAK. Hahahaha jadi kalo mau dibuat, kerangka berpikirnya semacam ini. Kegalauan akan outline à kebelet boker --> boker --> belum lega --> berarti masih ada ganjalan --> outline belum kelar --> galau lagi --> disemangatin pacar --> ngumpulin niat à dorongan untuk melakukan tindakan à ke perpus. Owyeah, cerdas kuadrat.

Hari itu ane nggak ditemenin mas pacar berhubung beliau ini memang lagi sibuk. Yaudahsih, nggak masalah juga ane ke perpus sendirian *senyum tabah mahasiswa galau skripsi*. Masalahnya hari itu ane eror banget. Yaampun, cung. Sehari doang nggak ke perpus sama pacar jadi gitu? Hahaha ini ane mau cerita luput. Tentang keabsurdan yang udah lama sekali nggak terjadi. Kirain udah selesai ini kutukan. Hahahah

Jadi gini. Hari itu ane ndekem di perpus seharian sampe lampu-lampu dimatiin *silahkan tepoktangan lima menit nggak boleh lebih*. Yak, itu artinya perpus mau tutup sodara-sodara. Sedih juga masih mau belajar tapi diusir gini. Nista banget nista banget. Tapi ya mau gimana lagi? Jemuran juga belum diangkat. #jah #keperpustapimikirinjemuran. Lalu ane keluar perpus setelah ngembaliin kunci loker. Beberapa langkah dari pintu perpus, ane ngerasa enteng. Kok enteng? Beban hidup kan belum ane tanggalin. Pipi juga masih nempel. Astaga kutukupret. Ane kan belum ngambil tas di lokeeeer! *yum in yum out*. Ane pun mengutuki diri sendiri sambil ngibrit balik ke perpus buat ngambil kunci. “Pak, tas saya ketinggalan di loker” bodo banget ane. Yang jadi masalah adalah.. tadi lokernya nomer berapaaaa?!  Ane LUPA. Matik. Matik. Padahal ada banyak banget kunci disana. Jadi ane harus gimana? Minta bantuan. Minta pertolongan teman.

Ane pun keluar buat manggil antek-antek. Mereka pun ane eret-eret buat bantuin ane nyariin kunci loker. Semua kunci diangkut keluar dan ane bukain loker satu persatu. Satu satu meeen -________-“. Jadilah ane membuat mereka semua lembur buat nungguin ane bukain loker. Duhhhh.. jan!

Setelah lama banget, akhirnya tas ane ketemu. Di loker nomer 13. Siaaal. Di situ ane mampus diketawain orang-orang. Segenap karyawan perpustakaan pun mengucapkan segenap keprihatinan. Iya deh, ane tau ini emang lucu. Lucuk banget. “Mbak mbak.. cantik2 kok pikun” iyah, makasih yah dibilang cantik. Tapi belakangnya nggak enaak. “Mbak mbak, jangan2 lupa juga sama pacarnya. Nanti pacar orang dikira pacarnya. Hahaha” “Besok lagi lokernya diorekorek nganggo kapur barus wae mbaaak” #ngek “Iya pak, nanti saya beli cerebrovit satu lusin hehe” #sambilnahankentut -,-

Perpus udah sepi orang-orang. Yang kedengeran cuman HAHAHA mereka dan HEHEHE ane. Setelah puas ngetawain dan diketawain, salah satu bapak penjaga perpus mengunci pintu perpus. Kita udah siap-siap pulang. Tapi... adegan selanjutnya adalah: HAHAHAHAHAHA “Pak, ada yang ketinggalan lagi deh pak” *muka tanpa dosa tak bercela* “Jiaaah.. opo meneh?” | “Buku sama tempat pensil saya masih di dalem kayanya pak HEHEHEHEHEHEHE” | “Woalaaaaahhhhh” *bapak penjaga bukain pintu lagi sambil gedeg2* Ane pun masuk ngambil barang-barang sambil ndremimil minta maaf sama bapak2 sekalian. Ampuuuuun hahahah silahkan kutuk saya jadi manusia. Saya juga udah bosen jadi bidadara. Hyahahahahaha ini adalah sejarah kepikunan nomer satu yang akan selalu kukenang :’> Semoga kalian yg baca ini mau doain ane supaya ane cepet sembuh ya. Hahaha salam hore tiada tara! :DD

Kamis, 20 Oktober 2011

Cacatan Random


Hari ini tidak jauh beda dengan hari-hari kemarin. Aku mendengarmu sedang ngobrol dengannya. Di sana kau terdengar sibuk mencari-cari topik untuk dibahas panjang lebar. Sedangkan yang diajak bicara malah asyik sendiri, sambil sesekali menanggapimu. Kalian pun ngobrol ngalor ngidul, dengan topik yang berhasil kau buat tadi. Sebenarnya pembicaraan kalian sama sekali tidak menarik. Aku mendengarnya semata-mata karena aku punya telinga. Sepele, namun tidak terpikir olehku secuil hari kamis ini akan membawa pikiranku kemana-mana. Aku mencernanya dengan susah payah dan aku memang berniat tidak menimpali apapun karena aku sedang sibuk dengan pikiranku sendiri.
Pembicaraan kalian terdengar hampir selesai. Kau melintas di depanku. Aku diam saja. Apa kau yakin tidak mau bicara padaku? Apa kau yakin tidak ada yang bisa kita bicarakan sekarang?
Kita bertemu setiap hari. Seharusnya aku tidak perlu takut kita tidak bisa bicara lagi. Lihat, kaulah yang akan mengajakku bicara nanti. Dan saat itu, aku akan menyampaikan apa yang aku rasakan. Lihat saja.
Ini postingan sampah dan sampah harus dibuang pada tempatnya *CMIIW* ;P

Rabu, 17 Agustus 2011

Ane nggak Merdeka, tetapi Galau -_-

Hari ini adalah hari kemerdekaan bangsa ane. Bangun tidur ane langsung ngucapin happy birthday to Indonesia di timeline, selayaknya warga negara yang baik yang seenggaknya tau bahwa negaranya sedang berulangtahun. Ucapan sederhana di timeline mungkin akan cukup menunjukkan kalo ane turut memperingati dan peduli dengan hari ini. Padahal, nyatanya ane nggak tau menahu kalau hari ini tanggal 17 Agustus (sebelum dikasihtau sama televisi dan timeline). Baiklah, ane memang payah dan parah. Jiwa nasionalisme ane enol besar. Buat ane, merdeka adalah nggak dijemur lagi di lapangan seperti jaman-jaman bangku sekolah dulu. Menyiksa banget. Seringkali ane lemes (walaupun nggak sampe pingsan) dan harus digiring ke tepi lapangan untuk disuguhi teh hangat. Walaupun ane sempat jadi anggota tonti dan mengibarkan bendera, nggak ngefek-ngefek amat. Buat ane, upacara bendera adalah sesuatu yang menyiksa. Tanpa mengurangi kehormatan ane pada para pahlawan yang berjuang demi kemerdekaan bangsa ini, ane benci upacara. Alasannya ya itu tadi, cetek sih. Tapi begitulah kenyataannya. Baiklah, cukup untuk 17 Agustusnya. Toh ane juga udah nggak napsu ikutan lomba makan kerupuk, panjat karung dan lompat pinang seperti dulu. Yang ane tau: Indonesia udah merdeka 66 tahun yang lalu, tapi rakyatnya belom.

Selanjutnya, ane nggak akan menggubris soal kemerdekaan Indonesia yang kebetulan jatuh pada hari ini. Karena buat ane, hari ini adalah salah satu hari libur yang patut dinikmati, waktu istirahat pasca operasi gigi beberapa hari yang lalu, dan (sialan) hari galau.
Kegalauan itu berawal dari rasa penasaran. Kebetulan, ane duduk di hadapan sebuah kaca dan sebuah senter. Kedua alat itu memungkinkan ane untuk melakukan sesuatu: menilik bekas operasi gigi beberapa hari yang lalu. Wow, bagaimana ya kabarnya sekarang? Ane pikir lukanya pasti sangat cantik, terjahit sempurna, dan akan segera sembuh. Dokter mungkin akan terheran-heran, bagaimana bisa pulih secepat itu? (Oke, ane kepedean mampus) -_- Semua itu karena sejak hari pertama pasca operasi, ane tidak mengeluhkan apapun. Semuanya terasa beres. Nggak sakit, juga nggak terlalu bengkak. Hingga ane pun sudah memberanikan diri untuk makan seporsi steak dan bahkan menyikat gigi. *Ya, mungkin ane adalah pasien paling songong*
Dan setelah ane mangap dan melihatnya dengan bantuan senter, ane kaget. Panik. Heboh. Update status. Memberitahukan pada seluruh dunia. -_- Nggak ane sangka-sangka, sebuah lubang besar menganga lebar pada bagian bekas operasi. Pikiran ane acakadut: kenapa ini? Jaitannya jebol? Penutupan lukanya gagal? Apa harus dijahit lagi? HAAAHHH.. sumpah, ane galau.

Beberapa temen ane sms untuk tau pendapat mereka. Bagaimana teman-teman? Apakah harus begini, atau begitu. Beberapa dari mereka menjawab. Mas Pram, seorang teman yang dokter gigi menyarankan ane untuk membiarkannya saja. Jangan di-uthek-uthek, nanti malah infeksi. Sebaiknya dibiarkan dulu, nanti sisa makanan yang ada di dalemnya bakal keluar sendiri kalo luka udah sembuh. Lalu jawaban dari Pren: semoga bukan dry socket, Boy! *Hadoh!* Ane tambah panik sekarang. Ya, kadang-kadang gara-gara kita tau terlalu banyak, kita jadi takut berlebihan. Lucu juga ya rasa takut bisa ditutupi dengan sempurna hanya dengan ketidaktauan. -_-

Ketakutan ane berlebihan sampai ane sms dokter ane. Entah dibales apa enggak, tapi kayanya enggak. Beliau pasti sibuk. Apakah SMS ane itu cukup penting dan harus dijawab? Entahlah, ane pasrah.

*setengah jam kemudian* (barusan)
SMS dari drg. Bambang! "Tidak apa2, nanti nutup."
*Angin berhembus* ane ayem sekarang. Baiklah, t'rimakasih Dok :')

HAHAHA.. Oke, selamat tidur! MERDEKA adalah TIDAK GALAU! :DD
Dirgahayu!

Senin, 15 Agustus 2011

Gigi Ane Lahir ke Dunia :)

Nggak ane sangka-sangka di usia belia ABG begini bakalan dilanda kegalauan hebat. Ini bener-bener mengganggu perkembangan mental yang normal tau nggak! Selain galau karena status jomblo yang semakin ngeblur, kali ini gigi bungsu ane juga bikin perkara. Ups, ada yang merasa asing dengan istilah gigi bungsu? Gigi bungsu atau wisdom teeth atau molar ketiga atau yang lebih awamnya lagi geraham ketiga adalah gigi terakhir yang erupsi pada rentang usia 19 s.d 22 tahun. Karena gigi ini adalah gigi yang tumbuhnya paling akhir, maka disebut gigi bungsu. Dia tumbuh berkat usahanya sendiri, dengan ruang yang tersisa di rahang ente. Nggak jarang, tumbuhnya gigi ini menimbulkan masalah. Bukannya tumbuh menyembul dan menembus gusi, gigi ini malah terjebak di dalam tulang rahang ane karena tidak menemukan space yang cukup untuk tumbuh sempurna. Dalam kasus ane, mahkotanya cuman nyembul sebagian aja karena nggak ada space lagi di rahang. Posisinya miring ke arah bukal (pipi) kemudian nubruk nyungsep geraham depannya. Dan itu rasanya maknyuusss..
Terlahir ke dunia :') ganteng bukan?

Pada sebagian kasus, masalah ini bisa menyebabkan saraf terjepit dan rasanya pasti mak nyos dan mak jleb. Entah ya, ane nggak bisa menggambarkan rasanya karena nggak mengalami sendiri #amitamityaa. Jadi yang baru tau soal gigi bungsu ini, coba cek. Apakah ada sesuatu yang menyembul di rahang bagian belakang ente? Sakitkah? Bisa jadi itu bisul gigi bungsu yang sedang memberontak mau keluar :)

Dalam kasus ane, dua gigi bungsu rahang bawah impaksi. Sedangkan gigi bungsu rahang atas nggak ada benihnya *HORRAY!**ane adalah manusia evolusi meeen* (berdasarkan rontgen beberapa waktu yang lalu). Manusia evolusi? -.-a *silahkan googling :)*. Satu dari dua gigi itu sekarang sudah menyembul sebagian, dan menimbulkan masalah. Dia adalah dens molar ketiga kanan rahang bawah. Sebenernya, sudah lama gigi ini mengusik kebahagiaan ane. Pada awalnya sih nggak sakit, cuman biasanya makanan pada hobi banget ngumpet di situ. Nasi, daging, keripik, baygon, segala macem lah yang berusaha ane telen. Lama-kelamaan, gusi ane di sekitar situ pun membelah, membengkak, dan celahnya jadi melebar dan *sial* sakit! Akhirnya ane memutuskan untuk menghadapi takdir, yang mana sebelumnya ane udah tau kalo gigi ini impacted (impaksi/ bertumbukan) dan harus diambil dengan cara: DIBEDAH!
*kesamber petir menggelegar*

Kamis, 11 Agustus 2011
Deg deg seerrrrr~, ane duduk di kursi tunggu pasien RSGM Soedomo. *jiahh, kampus sendiri* Ya..ya.. nggak apa-apalah, berhubung rujukannya disini dan ane udah ngincer salah satu dokter gigi spesialis bedah mulut yang terkenal was wis wus dalam urusan pengodel-odelan mulut (drg. Bambang) Ane ditemenin sama @prendpren dan @prinsputri. Memang, rencananya kita mau videoin adegan pengodel-odelan mulut ane itu. Jadi ane butuh bantuan mereka untuk jadi kameramen hahaha

Tapi karena gusi ane masih bengkak, jadi harus diobati dulu. Dikasih antibiotik dan hari Senen ane disuruh balik ke sini. Jiaah, udah deg-deg ser nggak jadi deh.. Nyatanya, keputusan dokter sama sekali nggak bikin ane jadi adhem ayem. Malah, ane tambah galao aja. Kam to the pret! Maap ya ribuan followers, kalian jadi terganggu karena bacotan nyampah ane setiap hari di jejaring sosial twitter. Ane bener-bener nggak tau lagi dimana tempat pelampiasan galau yang oke. Jadi plis, ngertiin ane. Yayaya? :') *najis diem lu*

Selama penantian panjang itu ane bener-bener pengen memakai waktu ane sebaik-baiknya. Makan enak, ngemil kripik, karaoke, gitaran seharian, kumur-kumur, ngakak salto, bla bla bla. Ane kawathir pasca operasi ane nggak bisa lagi ngelakuin itu semua! Sediiih.. banget ane. *kayanya lebay woi*

Senin, 15 Agustus 2011
Hari itu akhirnya dateng juga. Gaya-gayaan: gusi ane pasti juga udah nggak sabar pengen dibacok. Tunggu apa lagi? Kemooon! Realita: galau tiada akhir. Tangan tremor, otak eror. Tiap menit benerin kolor. Ane duduk bertiga bareng @prendpren dan @prinsputri di bangku klinik spesialis bedah mulut lt. 3 RSGM Soedomo. Di situlah ane nggak bisa diem. Sesekali ane celingak celinguk, mana nih dokternya? Nggak dateng-dateng, bikin ane tambah galao aja.
Nggak lama kemudian drg. Bambang yang sudah seabad ditunggu-tunggu dateng juga. Langkahnya terdengar di telinga ane seperti monster yang menyebabkan lantai RSGM gonjang-ganjing. Beliau bawa parang dan pacul kebon. *buset, monster apa tukang kebon?* Wajahnya yang sejuk tiba-tiba berubah beringas dan kayanya mau menelan ane bulat-bulat. Atau dimutilasi dulu? Glek. Ane menelan ludah. Itu imajinasi liar semata. Faktanya, Drg. Bambang berjalan santai bersama para residen bedah mulut dan kayanya mereka baru mendiskusikan sesuatu yang penting. Oke, ane menunggu lagi. Galau lagi.

Nama ane pun akhirnya dipanggil oleh mas-mas rupawan dan dia minta nomer hape. Ane pun berbunga-bunga karena jomblo ini akan segera berakhir men! Salah kaprah banget sih ane ngeblog! zzz.. sorry, ini pasti efek dari anestesi yang menjalar-jalar ke otak. Jadi, faktanya ane dipanggil mbak perawat kemudian diantar ke ruang bedah. Ane berasa kaya hewan kurban yang lagi ngantri mau disembelih tau nggak. Dan ini adalah giliran ane! Sial. Klinik bedah mulut yang dulu ane sliwar-sliwerin saat praktikum pengendalian infeksi kini bak ruang penjagalan.

Pren udah senyam-senyum dari tadi, siap siaga membawa peralatan kameranya, sedangkan Putrek nunggu di luar doang. Bantuin doa kali ya. Ane maklum deh, dia pasti trauma OD karena dulu pernah mengalami pembacokan gusi yang serupa untuk mengeluarkan molar ketiganya yang nyungsep di rahangnya.

Setelah diukur tensi dan mengisi inform consent, ane masuk ke klinik bedah. Di dalem udah ada drg. Bambang yang senyum menawan. Nggak bawa parang, apalagi pacul. Ente kirain dia mau ngebon apa? Pakaiannya hari ini serba ijo, seragam bedah pada umumnya itu lho. seperti lemper.

"Loh, bengkak to?", tanya beliau.
"Haa? Enggaaak dok, ini memang pipi saya tembem begini. Hahaha" -_- *ngok banget tau nggak mendeskripsikan tembemnya pipi sendiri*
"Ohhohoho.."
Proses pengobok-obokan dimulai -_-

Ane pun langsung menduduki dental chair. Jujur, waktu itu ane mempertanyakan kesadaran ane menyerahkan diri untuk dijagal. Berapa persen? 50%? 10%? Nol %? -_- *cengiiingittt..* Dental chair dinaikkan, *cekreeekk* lampu dinyalakan. Ane udah nggak peduli soal kesadaran. Ane lirik kamera yang dipegang Pren, mengisyaratkan sesuatu: "Bawa ane kabur dari sini!" tapi sudah terlambat. Akhirnya ane mangap dan menitikkan air mata. Pasrah. Selamat tinggal dunia! :')

Dokter mengambil suntikan lalu menyuntikkan cairan anestesi ke dalam mulut ane. Jarum suntiknya nembus gusi, belok sana, belok sini lalu JROOOT! Dalem meen.. Ane melototin dokternya. Mata berbicara, "Apa yang barusaja Anda lakukan, Dok? Mencoba membunuh saya?" Sejak saat itulah ane mengerti apa yang dimaksud @prinsputri. Disuntiknya itu nggak sakit, cuman kaya digigit semut. Semutnya jelmaan tokek. Yayaya..

Ane dan dokter Bambang pun berbincang sambil nungguin mulut ane kesemutan. Tapi ternyata, lamaaaaanyooo. Sial, jangan-jangan ane kebal anestesi? Ane pun mulai panik. Ane kawathir ane dibacok tanpa anestesi! Tapi enggak dong ya, GILA APA!? Drg. Bambang pun mengambil tindakan. Beliau menyuntikkan cairan anestesi sekali lagi. Okeee.. ane mau digigit tokek lagi! *melambai ke kamera*. Buat yang penasaran, kaya apa sih rasanya cairan anestesi itu? Kebetulan, suntikan kedua ini ada yang tumpah sedikit dan mengalir ke lidah ane. "PAIIIITNYOOOO!!!"
"Ya jangan dirasain", kata dokter Bambang.
Lah, kan mengalir ke lidah. Menurut lo dok? -_-

Anestesi kedua kayanya sukses mendukung anestesi pertama. Selanjutnya, mulut ane diewer-ewer. Oke, kali ini ane nggak ngerasain apa-apa. Ditonjok pun, ekspresi ane cuman datar. *tapi ane ya enggak sampe ditonjok juga kalee* -_-. Ane pun mulai digarap oleh drg. Bambang dan asistennya, Pak Mulyono. Ada bur gigi, elevator, gergaji mesin, linggis, pahat, semua masuk ke mulut ane. Gusi ane dibor, tulang ane digerogoti. Cengunguuut.. cengunguuut.. *bagian ini asik banget, kaya terapi pijit*. Anestesi ajaib banget, ane nggak sakit sama sekali. Gigi ane ditekan-tekan dan gusi ane pasti terbelah-belah. Darah muncrat dimana-mana. Beberapa kali ane harus kumur dan muntah darah. Anyir banget rasanya.. Ane bisa lihat serpihan tulang ane yang ikut hanyut bersama darah di air kumuran. Setelah itu gigi ane dikeluarkan secara paksa. Dicongkel-congkel pake elevator. Ane melambai ke kamera tanda menyerah dan "Krek.. krek.. KLOTHAK!" Sebuah benda amis tergolek di ujung lidah ane. Buset, ini gigi! Oek.. oek.. oek.. ane menghela napas. "Cantiknyoooo!", seru Pren. Heh! Emangnya ane melahirkan apa! -_-

Belum selesai ya, setelah itu ane dijahit, disulam, dan dibordir. Ane disuruh menggigit kassa selama satu jam dan nggak boleh kumur. Setelah dokter menyeka darah yang belepotan dimana-mana, ane turun dari dental chair. Dibuatkan resep dan HAHAHA selesai! ;) Semuanya tadi kurang lebih 10 menit. *Masa sih? Kok cerita ente kayanya lebay sih? -_-* biarin, yang cerita kan ane :p

"Makasih ya, Dok" :)

Kita pun buru-buru keluar klinik, nggak sabar pengen nonton hasil syuting hari ini. Hahaha.. Video pun langsung digandakan di laptop dan siap untuk disebarkan. *Aib! Situ nggak nyadar apa?* -_-

Wahai pembaca sesat, maap ya, postingan ane ini lebay. Realitanya adalah: Disuntik itu beneran nggak sakit, ngilu dikit sih. Tapi jelas, masih bisa ditahan. Kalo ente sampe mengerang dan ngoser-ngoser, sini! Siapa nama ente? Mau ane tambain kata 'bencong' di belakangnya. Selama proses pembedahan, ane hanya senyum-senyum di atas dental chair sementara mulut ane diodel-odel. Dibor, dicongkel, dijahit.. semuanya hanya terasa seperti terapi pijit. Itulah ajaibnya anestesi, teman-temaan :)
Maka dari itu, jika dokter bilang ente harus OD, jalani sajaa.. nggak sengeri yang ente bayangkan kok. Trust me :) *tapi nggak suer lho ya* bahahaha ;p
Nggak percaya? Simak deh.

Pasca Odontektomi
Kata orang-orang, pasca OD adalah masa yang lebih sulit daripada saat diobok-obok di atas dental chair. Pada masa ini, anestesi tidak lagi bekerja. Maka, nyeri akan mulai terasa. Apa bener begitu? Ngeri banget!
Menurut ane sih biasa aja. Nyeri pasca OD masih bisa ditahan kok. Lagipula, dokter akan memberikan obat anti nyeri yang akan sangat cukup untuk menahan rasa sakit pasca bedah.

Pulang dari RSGM, ane ke Mc' D dianterin @prinsputri yang saat itu sedang menjalankan ibadah puasa. Trimakasih foot! :* muach.. *kecup berdarah*. Ane berencana membeli es krim untuk mendukung penjedalan darah ane. Dan ane menghabiskan segelas Mc Flurry sambil ngobrol ngalor ngidul selama kurang lebih satu jam sama Putrek. Malemnya, bahkan ane makan steak sapi dan jus alpukat. Seluruhnya berhasil ane telan dan kunyah, tanpa rasa sakit. Tapi emang, lama banget ane makannya -_-. Ane masih bisa gitaran sambil bengok-bengok, semua terasa seperti biasanya. Besoknya, ane malah sudah bisa sikat gigi (pelan-pelan sih) :)

Trust me, ini nggak sesangar itu. Yang penting, minum obat sesuai dengan resep dokter. Gigit kain kassa penahan selama kurang lebih satu jam. Ini bertujuan untuk membatasi proses pembekuan darah di dalam soket agar tidak berkontak dengan saliva (air ludah). Jangan kumur-kumur dulu. Apalagi pake obat kumur -_-. Darah bisa-bisa mengalir deras. Hindari meludah terus menerus. Kata orang, nanti bibir ente bisa sumbing! #eh
Selama 3 s.d 4 hari pipi ente akan makin tembem (bengkak) haha. Itu adalah reaksi normal dari tubuh demi proses kesembuhan. Tapi biasanya dokter juga sudah memberikan obat antiinflamasi kok.

Jangan makan/ minum yang panas-panas dulu. Itu akan mengganggu penjedalan darah. Jika perlu, kompres pipi dengan es secukupnya (kurang lebih selama 30 menit setiap 4 s.d 5 jam sekali). Jangan merokok selama 36 jam pertama pasca bedah, ini akan menghambat penyembuhan. Lagi pula, merokok itu polusi banget woi! Paling males ane sama asep rokok -_-. Selama satu s.d dua hari, bleeding masih mungkin terjadi. Itu normal kok, nanti juga berhenti sendiri. Jangan panik, frekuensi detak jantung yang meningkat akibat panik akan menyebabkan darah terus mengalir. Kalo bleeding nggak berhenti-berhenti, segera kembalilah ke rumah sakit.

Jadi buat yang mau odontectomi, jangan ragu dan jangan takut, Nak. HAHA.. buktinya sekarang ane masih hidup dan sehat walafiat :) Tunggu apa lagi? Ayo, OD sekarang daripada nanti gigi bungsumu yang nubruk itu menimbulkan masalah yang lebih banyak lagi. Oke? HAHAAA
Yaudah ya, ane mau bobok rupawan duluu biar cepet sembuh :)) muach







Selasa, 09 Agustus 2011

Senyum :)


Haloo hehehehh maaf ya buat beberapa biji followers blog nan cacat ini. Sungguh, tanpa kalian ane nggak berarti apa-apa lho :') *najis, diem lu*. Maaf soalnya ane lagi keranjingan nyampah dimana-mana. Nggak di twitter, nggak di blog. Ane hanya berpikir sampah harus dibuang pada tempatnya :) *salah gaul*

Tadi siang, ane pergi ke dokter. Bukan gara-gara dokternya cakep ya, ane memang sakit kok. Sakit jiwa, tapi siang itu ane nggak bermaksud buat memeriksakan kejiwaan ane. Ane pikir, yang itu bisa kapan-kapan karena ada yang lebih mendesak: minta rujukan ke dokter gigi buat mengatasi gigi bungsu ane yang tumbuhnya nggak beres ini.

Waktu ane membuka pintu ruangan si pak dokter, "Selamat siang, Dok" sambil menyembulkan senyum ala-ala ababil. Si pak dokter duduk di ruangannya. Ngadep leptop sambil dengerin musik entah musik apa, ane lupa. Tapi kayanya musik galao deh. Setelah ane masuk tanpa disuruh, ane pun duduk tanpa disuruh. Berjalan dari pintu hingga pantat ane sampai di kursi, ternyata pak dokter nggak membalas salam selamat siang ane. Apalagi senyum ababil ane. Woo pak dokter, nggak denger ya? Yaaah.. dan si pak dokter jutek itu cuman melirik ane dikit. Terus, menjep-menjep nggak jelas. Mulai saat itu juga ane sebut dia dokter jutek. Nggak disangka-sangka, yang keluar dari mulutnya pertama kali adalah kalimat, "Ngopo koe?" dan kata-kata yang melintas di otak ane saat itu cuman: "WEH!"

Sampai konsultasi itu selesai, ane nggak mengubah penilaian. Dokternya jutek abis. Hampir nggak ada komunikasi verbal yang terjadi di sana. Dokter itu bener-bener hemat kata-kata, beb. Yaudah sih, ane cuman mbatin aja. Dokternya kenapa? Sariawan? Usus buntu? Kebelet boker? Kok ya begitu amat sih dok, ane ini pasien dokter lho.. Senyum ane mengharapkan balasan. Kasian dong, senyum ane bertepuk sebelah pantat. Jadi, tersenyumlah, dok. Setelah itu, ane pasti langsung sembuh :) *ya enggak lah, kalo gitu si dokter lebih sakti dari ponari dong* -____-

Senyum itu gampang. Semua orang pasti tau caranya. Tarik aja pipi ke samping, maka jadilah lengkung nan menawan yang bisa membuat para bencong klepek-klepek #aslihoror. Bahkan, beberapa dari kita sudah jago akting kan? Lagi galao aja senyum-senyum. Eh, kok jadi curhat sih ane. Hehe.. kalo ente bisa gitu nggak? :) Buruan aja ikutan casting, siapa tau dapet peran tante girang #plak.

Ane tau, nggak semua orang di dunia ini ramah. Ane sendiri juga bukan orang yang ramah. Hahaa.. tapi ane percaya, senyum itu ajaib. Pas lagi panas, kemrungsung, unmood, pengen beleh orang, eh tiba-tiba ada anak kecil yang senyumin kita. Alhasil pengen kita beleh itu bocah. Syukur-syukur mas-mas ganteng :) tau nggak efeknya kemudian? SEJUUUKK meeen! Adem sari dah pokoknya. Yang jelas, senyum itu baik. Ane setuju banget sama yang bilang bahwa 'senyum itu adalah ibadah'. Kita mungkin nggak nyangka, pas kita lagi iseng nyengir.. sebuah hati sedang tersejukkan oleh kinclongnya gigi kita. Luar biasa kan?

Jadi, ayo iseng2 buat keajaiban dengan senyum :)
Gigimu mengalihkan duniaku HAHAHA #mringis