Tampilkan postingan dengan label Jalan Jalan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jalan Jalan. Tampilkan semua postingan

Minggu, 15 September 2013

Very Good Morning

Sunrise @Sayegan, Special District of Yogyakarta, Indonesia.

Melihat matahari terbit sebenernya bukan hobi saya. Bukan karena matahari terbitnya yang jelek lho. Gile lu, Ndro. Benda raksasa berwarna jingga itu selalu memukau saya pada saat nongol maupun tenggelam, meski sering saya maki maki ketika dia semakin tinggi hingga posisinya tepat di atas ubun-ubun. Padahal saya harus ngampus, naik motor dengan panas yang menggerogoti jiwa dan raga. Lebay ah. 

Oke, kita kembali ke matahari terbit. Jadi sebenernya pemandangan matahari terbit itu keren meski cuma disaksikan dari rooftop yang penuh dengan jemuran celana dalam. Tapi meski begitu, saya tetep nggak hobi berburu sunrise. Why? Semua itu semata mata hanya karena saya pemalas. Saya tidak rela menukar kasur dan selimut dengan pemandangan matahari terbit. Terserah apa kata lo. Biasanya sih begitu. Tapi beberapa sunrise mungkin bisa jadi pengecualian.

Pemandangan sunrise terbaik yang pernah saya saksikan adalah Golden Sunrise di Bukit Sikunir, Dieng. Waktu itu saya bersama teman-teman main saya, termasuk salah satu dari mereka adalah mantan pacar saya yang telah berjasa menjadi tour guide kami. Matahari terbit yang disaksikan dari atas bukit Sikunir telah membuat saya mangap mangap. Bola raksasa bercahaya jingga kekuningan itu menyembul dengan super cantik di antara megahnya gunung gunung yang bahkan, sebelumnya saya nggak pernah menyadari keberadaannya. Gunung-gunung itu adalah Sindoro, Sumbing, Merapi, dan Merbabu, dibaur dengan awan-awan ala ala negeri dongeng, semuanya itu berpadu membentuk lukisan alam yang kupastikan akan membuat siapapun tersenyum lamaaa banget. Dramatisasi. What a sunrise! Kasur dan selimut jelas nggak lebih berharga dari pemandangan sunrise seperti itu.

Golden Sunrise @Sikunir (source)

Sikunir, Dieng, Jawa Tengah (source)

Itu tadi adalah sekilas tentang sunrise terbaik yang pernah saya saksikan. Lalu bagaimana dengan sunrise di tempat yang lain? Sebenarnya postingan ini tidak melulu soal sunrise karena ini adalah sebuah cerita. Secuil lelucon yang terjadi pada hidup saya. Pada suatu pagi buta saya mengeluarkan sepeda saya. Belum mandi, belum apa apa. Waktu itu pukul empat pagi. Sangat tidak lumrah mata saya sudah bebas belek dan saya berjalan dengan semangat menuju gudang untuk mengeluarkan sepeda. Betapa saya pengen sepedaan yang jauh. Mungkin naik sepeda dari Demangan sampai Sayegan jam empat pagi adalah ide gila. Tapi nggak apa apa. Jauh-jauh begitu, Sayegan adalah rumah pacar saya saat itu.

Kurang lebih dua puluh kilometer saya mengayuh sepeda saya. Saya pikir naik sepeda dari Demangan sampai Sayegan adalah benar-benar ide gila, persetan dengan rumah siapapun yang saya tuju. Saya capek dan berkali kali berhenti untuk menarik napas dan tertawa. Jika kempol kaki saya seketika itu juga membesar hingga seukuran buah kelapa, mungkin saya akan berhenti dan menelpon siapapun untuk menjemput saya. Tapi saat itu saya cuma sedikit capek. Jadi setelah istirahat sebentar di Indomaret untuk menenggak beberapa galon, saya lanjutkan perjalanan saya masih dengan sepeda. Dan dengan pengalaman perjalanan ini saya ingin menyampaikan kepada siapapun cewek-cewek yang punya ide gila serupa dengan ini: sadarlah penuh bahwa kamu adalah cewek. Saya beberapa kali digodain orang nggak jelas di sepanjang perjalanan dan itu cukup membuat saya ingin melemparkan jumroh seukuran batu kali tepat di muka mereka. Seandainya itu benar-benar saya lakukan, saya mungkin dikejar. Tertangkap. Dimasukkan ke dalam karung besar. Diculik. Sepeda saya diambil. Ditampar. Diperkosa. Dijadikan budak. Dijual. Saya akan menangis keras-keras dan pacar saya pun saya pikir tidak akan menyelamatkan saya. Jadi saya buang niat itu jauh-jauh. Beberapa keinginan lebih baik dipendam demi perdamaian dunia, bukan begitu?

Saya tidak akan lagi meremehkan Mirsa Renaning Sukma. Saya sampai di depan rumah pacar saya tepat pukul 04.40 WIB. Saya mencapai Sayegan dengan kaki saya sendiri! Lebay lu, Ndro. Saat itu ketika saya sudah sampai, dia belum bangun. Well, saya juga tidak berharap dia sudah bangun, bebas belek, rapi, wangi, sedang menyapu halaman dengan mengenakan daster. Rumahnya sepi banget. Hanya dua pitbull yang dirantai di samping rumahnya yang menggonggongiku. Kupikir, apakah aku mirip balungan?

Menunggu pacar saya bangun, saya berkeliling komplek dan menikmati pagi saya di Sayegan. Komplek persawahan yang luas dan indah. Aspal yang basah oleh embun pagi. Gemercik air jernih yang mengairi sawah. Segerombol ikan kecil entah cethul entah wader yang berusaha keras melawan arus. Mereka pikir siapa mereka? "Kalian semua cuma ikan ikan kecil!", bisik saya. Saya menghirup udara Sayegan dalam dalam. Udara yang lebih sejuk dari yang biasanya  saya hirup di Demangan. Rerumputan dan eek-eek anjingnya pacarku yang sudah kering dan yang masih basah. Beberapa morning people yang menyapa saya dengan teramat ramah. Nenek lanjut usia yang mengenakan caping tersenyum pada saya. Sepertinya beliau sudah tidak mengantuk, malah, semangat sekali pagi itu. Beberapa bocah yang nongkrong di buk, bercengkrama satu sama lain. Gadis kecil yang manis sedang berlatih naik sepeda roda empat bersama ibunya. Sekawanan kambing yang sebenarnya masih ngantuk, tapi sudah digiring ke jalan karena tuntutan rutinitas. Mereka bisa apa? Pegunungan yang entah siapa namanya, berderet rapi. Bukit-bukit kecil yang oleh penduduk sekitar disebut gunung. Satu yang kukenal hanyalah Gunung Gedhang, yang padahal tidak ada pohon pisangnya. Suasana itu asik banget dan berhasil membuat saya senyum-senyum random. Nggak terasa, langit yang biasanya memayungi kami semua berubah cerah. Matahari yang masih sama dengan yang kemarin menyembul dari kejauhan. Warnanya selalu menjadi favoritku. Jingga kekuning-kuningan. Selamat pagi, Sayegan!

Suatu hari, kaki-kaki ini harus kuberi penghargaan. Dia layak mendapatkannya.

Pagi itu saya bersyukur karena pacar saya bangun. Kondisinya sehat, meski masih ngantuk banget. Mungkin jika saya tidak datang ke rumahnya pagi itu dia masih bermimpi nyenyak sekali. Mungkin saya telah mengusik paginya sedemikian rupa. Pacar macam apa saya ini? Sejatinya saya memang bukan seorang pacar yang baik. Oleh karena itu saya akan berusaha menjadi sesuatu yang lain: anak yang baik, sahabat yang baik, orang asing yang baik, atau mahasiswa yang baik, misalnya.
Saya ucapkan selamat pagi padanya dengan senyum yang biasanya dan segera mendapatkan balasannya. Kami duduk di ruang tamu, menikmati obrolan pagi dengan topik orang gila. Pacar saya dan mamanya tidak percaya bahwa saya sampai di depan rumah mereka dengan mengendarai sepeda. Saya tercap aneh, tidak normal, dan sangat neko-neko. Tentu saya tidak keberatan jika ditertawakan, karena mungkin saya memang begitu. Saya akan tertawa bersama kalian yang menertawai saya.

Hari itu saya nikmati bersama pacar saya, mamanya pacar saya, anjing-anjing pacar saya, dan tentu saja, sepeda. Betapa senangnya jadi saya. Saya mengayuh sepeda dan pacar saya mengikuti saya dari belakang, mengandeng pitbull berwarna hitam yang nama dan identitasnya disamarkan. Kunikmati komplek persawahan di Sayegan sekali lagi, bersama pacar saya dan anjingnya. Walaupun sekarang pacar saya sudah menjadi mantan, tapi saya tidak akan lupa. Mengayuh sepeda puluhan kilometer dan mendapatkan atmosfer pagi di Sayegan, jelas saya tidak akan lupa. Tapi mungkin saja saya akan lalai untuk mengingatnya. Mungkin saja nanti saya akan melupakannya. Saya memang payah untuk urusan menyimpan memori, jadi apabila dilupakan itu terasa menyakitkan, saya harus minta maaf.

Saya mencoba mengingat lagi wajah mantan saya. Haha saya mungkin seharusnya kawathir akan terserang CLBK mendadak karena mengingat wajah seseorang di masa lalu yang mungkin pernah ada di hati saya. Saya mungkin bisa meleleh secara dramatis kemudian menghubunginya kembali, memohonnya untuk tetap tinggal, mengajaknya balikan. Tapi sering saya hanya tertawa dan meneruskannya dengan tanpa ragu. Saya mencoba melihat apa yang ada di dalam matanya pagi itu. Saya nggak bicara tentang seberapa besar belek yang terperangkap di sudut matanya tapi tentang yang lain. Sedikit terkejut saya mencoba menerjemahkan sepasang mata kemerahan yang bercerita banyak dan berisik sekali, rasanya seperti melihat film Thailand tanpa subtitle. Ijinkanlah saya sok tahu dan lancang menerka-nerka bahwa banyak sekali yang dia sembunyikan di sana dengan susah payah, entah apa. Sesuatu yang dengan sengaja ia perangkap di sana. Saya tahu saya tidak harus memikirkannya. Saya tidak harus peduli. Saya mungkin adalah salah satu dari entah, yang dia harapkan untuk tidak tahu. Saya melihat matanya sekali lagi dan belum cukup mengerti, tapi kemudian saya perintahkan diri saya untuk berhenti. Saya memang tidak harus memikirkannya, saya tidak harus tahu, dan saya tidak harus mengerti. Saya ingin memeluknya dan kemudian membiarkannya sendiri. Untuk dapat hidup. Untuk dapat bahagia.

"Hey, You. Tentang pagi itu, pagi itu banyak sekali yang aku pikirkan dan aku tidak peduli dengan apa yang ada di dalam kepalamu. Aku mengayuh sepeda sampai rumahmu, mengucapkan selamat pagi, dan mengajakmu sepedaan. Aku hanya berpikir bahwa pagi itu mungkin akan lebih baik jika aku memulainya dengan kamu. Dan aku nggak salah. Terimakasih untuk pagi yang melelahkan tapi asik."

It was a very good morning.

Sabtu, 11 Mei 2013

#HorePeople on Vacation (Jogja - Surabaya - Malang)

Berwacanalah sebanyak-banyaknya dan dari sekian banyaknya wacana itu, siapa tau ada wacana keren yang bisa terrealisasi. Kan asik.

Beberapa abad yang lalu kita sudah merencanakan untuk minggat dari Jogja. Bukan lari dari kenyataan, meskipun kehidupan mahasiswa tingkat akhir itu yeah memang apabanget sekali. Mungkin dalam kehidupan sehari-hari beberapa mahasiswa tingkat akhir tampak selo dan glundang glundung saja gaweannya. Namun pada kenyataannya, apa yang sebenarnya mereka rasakan? Tanya aja sama mereka. Mungkin ente akan dikacangin, di yaelah bro-in, digampar, dicurhatin, atau malah diajak kenalan (?). Semuanya itu tergantung pada mahasiswa tingkat akhir mana yang kamu tanyain. Kalo tanya sama aku sih, paling-paling gue akan curhat tanpa diminta! Mengertilah, aku ingin main, melepas penat dan dahaga akan kebebasan waktu yang semakin hari semakin langka didapat. Ada saatnya bahagia tidak lagi sesederhana bangun pagi dan menghirup udara segar atau membaca sms selamat pagi dari pacar di saat kita yomblo! Kita butuh suatu gebrakan, Bro.

Aku dan Tori mengantri tiket kereta api ekonomi di Stasiun Lempuyangan. Jadwal keberangkatan yang kita rencanakan masih jauh banget tapi kita sudah antri tiket. Luar biasa, bro. Ini adalah usaha realisasi wacana yang paling tertib dalam sejarah. Ya gimana lagi? Kita nggak mau kehabisan tiket kereta api kelas backpacker hore ini. Traveling hore kalau menghabiskan uang berlebihan kan nggak jadi hore namanya.


Tiket di tangan.

Hari H pun tiba. Personil: @rieski_tor, @prinsputri, @friendikadhiah, @dianfitrihesti, @lewinda_kikin, @is_dent09, ditambah ane. Kita berdelapan berangkat dengan kereta ekonomi GBM Selatan menuju Surabaya setelah sempet menggembel kurang lebih satu jam gara-gara ane *ampun* salah menginfokan jadwal keberangkatan kereta. Hahaha tapi terserah mau diakui atau enggak, penantian yang tidak perlu ini sebenarnya cukup berkesan soalnya kita jadi sempet mengabadikan detik-detik *eh, jam-jam* sebelum keberangkatan.

Yang paling kiri ini anggota boyband, fyi

Belum apa apa sudah menggembel. Bakat sih.

Adegan masuk kereta api kita itu ndeso banget. Begitu masuk kita langsung ter-wah woh karena menyadari gerbong-gerbong kereta ekonomi ini dipasangi seperangkat aircon. Anjrit, Rp32.000,00 berasa naik kereta api eksekutif. Beberapa hari sebelumnya sih ane memang sudah kepo soal info-info kereta api dan ternyata postingan di kaskus tentang pemasangan AC di seluruh kereta api itu nggak cuman gosip. Edan gan, edaaaan. Saya suka hahaha. Apalagi pas para penumpang pada turun di pemberhentian-pemberhentian selanjutnya. Lengang banget ini kereta, ente bisa maen futsal!

Ini bukan gue.

Perjalanan selalu memiliki sensasinya sendiri. Semuanya menyenangkan, apalagi sejuk ada asenya gini. And the destination is not the end. But the journey, that's what matters the most seperti quote-nya Jalan-jalan men! Kurang lebih lima jam kita sampai di stasiun Gubeng, Surabaya. Kita sudah puas menikmati fasilitas the new kereta ekonomi, menyabotase kursi yang tidak kami beli, dan mengganggu banget kenyamanan penumpang-penumpang lain karena berisik banget kayak tas kresek. Kesannya kita jahat banget ya, padahal baik. Maafin kita ya, kita ini mahasiswa tingkat akhir lho. Dimaklumin nggak? 

Surabaya! Koen koen opo kabare, Cuk? Hahaha
Sesampainya di Gubeng, kita langsung menggembel (wis biyasa) karena tiket kereta api penataran menuju Malang rupanya baru buka jam 4 pagi. Sialnya, tiket kereta api penataran keberangkatan hari ini habis. Dapet tiket kereta api enggak, dibentak mbak-mbak yang jualan tiket iya. Yanasib. Akhirnya kita memutuskan untuk membeli tiket kepulangan untuk besok (FYI, tiket kereta api penataran Malang-Surabaya Rp4000,00 perak bro. Setara sama nasi bungkusnya bu Menor di FKG dan itu sudah ber-AC. Gumun nggak?). Dan untuk menuju Malang dari Surabaya, kita mengambil jalan pintas yang cukup solutif: nyewa angkot. Ajegile, katanya backpacker?! Iya, memang backpacker tapi  kita ingin menjadi backpacker cerdas. Hanya selisih lima ribu perak, kita nggak perlu rempong rempong turun beberapa kali buat ganti angkot (Angkot Gubeng-Malang Rp10.000,00)
Kita pun diantar sampai terminal di Malang yang ane lupa namanya. Untuk menuju ke kota Batu, kita harus naik angkot lagi. Ane sempat terlibat tawar-menawar tanpa ampun dengan salah seorang sopir angkot di terminal ini. Setelah deal kita langsung diantar menuju Alpukat homestay, homestay termurah gokil yang sudah ane boking jauh-jauh hari (FYI, sewa Alpukat Homestay semalam Rp150.000 berdelapan. 2 kamar dengan bed besar, kamar mandi, ruang tamu dan sofa, ruang keluarga dengan TV 32", gratis teh dan kopi, plus dispenser). Cek --> http://alpukathomestay.blogspot.com/ Homestay ini lokasinya nggak jauh-jauh amat dari BNS dan Jawa Timur Park 2. Direkomendasikan banget deh terutama buat para backpacker yang main-main ke Batu, Malang. Pelayanannya oke banget, orangnya ramah-ramah, terjamin lah bro.
#day1
Kita langsung gegoleran di homestay, kembali tergumun-gumun dengan homestay dengan harga semurah itu. Kita antri mandi, bersiap-siap berangkat dan nggak lupa sarapan dulu (FYI, kita beli sarapan di deket homestay, menu catering harga warteg bro. Cus ke warteg biru sebelah indomaret depan Jatimpark II deh. cocoklah pokoknya.) Hari pertama di Kota Batu, Malang, Jawa Timur kita mulai dengan Jatimpark 1 (Ojek ke Jatimpark 1 Rp5000,00)

Paket Sakti Rp 150.000,00 (Jatimpark I, Jatimpark II, Batu Night Spectacular, Eco Green Park) HA!

Jatimpark 1 ini luasnya keterlaluan. Sing nggawe ki jan ora mesakke karo sikilku banget bro. Sedih aku.
FYI, main ke Jatimpark alangkah baiknya dateng dari pagi, bukan pas liburan, dan kalo mau bawa-bawa pacar, bawalah pacar sendiri. Jangan bawa pacar orang lain ya bro. Apalagi pinjem. Duhhh jangan bro. Beli sendiri di indomaret kan bisa, jangan kayak orang susah. Ini life guide lho.




Jatimpark 1 adalah spot ter-oye kalo kamu pengen main-main karena wahana di Jatimpark 1 ini banyak pol dan semuanya menantang buat dicoba. Iya, termasuk mandi bola dan odong odong. Semuanya menantang. Tapi berhubung waktu *yaelah bro*, ane hanya mencoba beberapa wahana yang menurut ane hukumnya wajib dan beberapa wahana lain yang sebaiknya nggak usah dicoba (ini ane ngomongin wahana bernama outer space, sumpah marake mumet njobo njero).
1) Pendulum
Ini adalah wahana terkampret versi ane.

2) Tornado
Ah, wahana ini. Jadi sebelum ane naik wahana ini, ane melakukan semacam observasi dan persiapan mental. Ada seorang mas-mas yang duduk di barisan kedua, muntah banyak banget dan muntah-muntahannya berguguran ke bawah, terciprat ciprat ke segala penjuru. Wassalam deh buat kanan-kirinya, apalagi depannya. Kuwi njijiki banget, bro. Dan giliran ane, ane terpaksa duduk di tempat mas-mas yang muntah tadi. Asem kan, bro? Hahaha tapi yo nggak papa, memang sudah dibersihkan sama mas-mas petugasnya. Tur pie gitu lho, bro. Paham ra sih perasaanku? Hahaha

Setengah dari hari pertama kita di Kota Batu kita habisi di Jatimpark 1. Dari Jatimpark 1 kita langsung menuju ke Batu Night Spectacular. Di sini gue merasa backpacker abis. Jalan kaki, bro.
Dan inilah BNS, spot yang wajib dijelajahi di Kota Batu pada malam hari. Ada taman lampion, sepeda udara, komedi putar, karaokean, dan masih banyak. Banget.


Selesai menikmati night life-nya Kota Batu, kita balik lagi ke homestay untuk beristirahat mengingat keesokan harinya kita masih akan menjelajahi spot-spot lain di Kota Batu. Dari BNS kita dijemput oleh berbondong-bondong ojek yang sudah disiapkan oleh pihak Alpukat Homestay dengan tarif Rp5000,00/ orang. Harganya bolehlah ya.. daripada ente jalan kaki sampai ke homestay?

Sesampainya di Homestay...
#day2
Selamat pagi kota Batu! Udara kota yang sejuk segar sangat menyenangkan sekali untuk dihirup. Pokoknya hari itu beda banget rasanya sama udara pagi Jogja yang biasa kuhirup saat berangkat kuliah naik motor dan depan ane ada Kopata.
Perjalanan piknik hore selanjutnya adalah Jatimpark 2 dan Eco Green Park. Woah, pasti seru! Sebelum memulai segala aktivitas hore hari itu kita pun mencari bahan bakar dan menemukannya di sebuah warteg asik (makanannya asik, harganya asik). Warteg ini terletak di depan Jatimpark 2, nggak jauh dari Indomaret. Ini dia penampakan wartegnya:

Yang ngaku backpackeran ke Batu harus mampir ke sini

Semua kenyang dan siap untuk berangkat!
Bersambung. Mau ke kampus dulu menemui dementor. Hihi

Selasa, 12 Maret 2013

SKRIPSI Behind the Scene - 1

Tidak bisa dipungkiri bahwa fase kehidupan mahasiswa akan sampai pada fase menyenangkan berjudul NGURUSIN SKRIPSI. Begitu juga dengan aku. 
Dadi, ayo bro kita selesaikan dengan baik apa yang sudah kita mulai!

My Scriptsweet Gangster, Uthe2 Upil dan Daiyen :*

Rabu, 6 Maret 2013
Lokasi: Ganjuran
Ini adalah revisi edisi XXX. Mencari subjek penelitian untuk kepentingan skripsi ternyata sulit sulit susah. Kebanyakan persyaratan, kayak orang mau lamaran aja. Berhubung dosen pembimbingku tiba-tiba kurang setuju dengan subjek yang sudah kulobi dari jaman dinosaurus, dengan senang hati aku harus kembali melakukan survey. (FYI, di dalam pengerjaan skripsi, segala sesuatu yang "tiba-tiba" sangat dihalalkan. Apalagi kata dosen pembimbing, untuk kebaikan penelitian kita. Untuk bangsa Indonesia!). Jika sudah membawa nama Bangsa begini, aku menyerah wae. Aku bisanya cuma ngetweet. Maka dengan apapun yang dikatakan dosenmu, silahkan manggut-manggut dan bilang "Nggih".
Sore itu juga (personil: aku, Daiyen, Sandra) meluncur ke Ganjuran untuk mengunjungi salah satu panti asuhan swasta yang menjadi incaran utama. Kita bertemu dan berbincang dengan kepala pengurusnya, dan berhehahehe supaya diijinkan untuk melakukan penelitianku di sana. Kamu pikir gampang? Ternyata kita tidak diijinkan, bro. Beliau sudah jelas-jelas menolak walapun secara halus. Aku kudu piye?
Foto-foto wae. Senjanya cantik, bro. Haha

 Mengintip senja di balik rimbun pinus

Senja di Ganjuran

Untunglah kepala pengurus panti itu cukup baik memberikan solusi sebagai pengganti. Ibarat cintaku ditolak Adam Levine,  kemudian dicarikan pengganti John Martin. Fear. Dan benar, Sabtu ini aku akan berangkat ke Boro, Kalibawang, Kulonprogo untuk menemui kepala pengurus panti yang telah direkomendasikan kepala panti Ganjuran.

Berikut ini adalah chat-ku dengan Daiyen Jumapolo, gengster skripsiku yang paling setia. Akhir-akhir ini aku sering memanggilnya dengan "Kak" supaya lebih imut. Dan dia pun kadang begitu. Dia juga memanggilku "Kak". Dia ingin ikut-ikut kelihatan imut? Males deh.

"Jam berapa besok, Mir? 6? :D"
"Ojo pagi pagi, Kak. Aku melek aja susah. Aku belum siap, Kak. Jam 8 lah paling ora."
"Oke oke, aku tau kok. Bawa busana pantai nggak?"
*Daiyen ini dimana sih hati nuraninya? Katanya mau nemenin aku survey skripsi kok malah mengajakku main ke pantai.*
"Kamu ingin ke pantai, Kak? Yo."
"Hahaha eh besok itu, kamu tau jalannya nggak, Kak?"
"Hahaha enggak hahaha"

***

Sabtu, 9 Maret 2013
ALARM. Dismiss. Tidur lagi.
Kemudian ada sms masuk. Pacar? Hell no. Itu Daiyen.
"Kak, aku baru banguuuuun!"
07.45. Greeeeaaat! Saat itu juga ingin kuajak tos.
"Samaaaaaa hahaha!"

Walaupun kesiangan, tapi akhirnya kita berangkat juga. Untungnya, semalam aku sempat sms teman-teman asal WestProg untuk menanyakan TKP. Kata mereka, Kalibawang itu jauh banget. Pret. Ternyata enggak.
Tapi untuk menempuh perjalanan ke sana, kita tersangkut dimana-mana. Di warung ibu-ibu (di sini aku dibeliin lolipop sama kakak Daiyen :') dan di pabrik penenunan kain. Walaupun demikian, kita akhirnya menemukan panti asuhan yang kita cari. Karena di dalam setiap perjalanan itu, kita tidak pernah sendiri. Selalu ada orang-orang di pinggir jalan untuk bisa dimintai jawaban. Bahaha

Setelah kita menyelesaikan segala urusan dan thethek bengeknya, aku mengajak Daiyen untuk main-main sedikit di Kulon Progo yang memiliki sebutan "The Jewel of Java" *uopo*. Kudengar ada hamparan kebun teh di daerah ini. Tepatnya di Menoreh, pegunungan berhawa sejuk yang tidak pernah aku sangka-sangka ada di Jogja. Berhubung memang belum pernah dan cukup kepo, kubulatkan tekad untuk mencari kebun teh Jogja yang terdengar mustahil itu. Yap, walaupun naik motor metik. Hanya berdua. Dan dengan Daiyen. Daiyen itu cewek. Dan aku juga cewek.

Perjalanan ditempuh dengan penuh kesabaran. Setidaknya dengan keyakinan yang ada dalam otak kami masing-masing bahwa pemandangan yang kita lihat nanti setimpal dengan perjalanan ini, kita bertahan. Kadang mulus kadang prongkal berbatu, kita tergoncang dan menjerit minta ampun. Kadang panas kadang hujan, kita mengeluh pada langit yang mempermainkan kita. Beruntung, tanah longsor dan angin topan tidak datang hari itu. Itulah perjalanan. Sesuatu yang selalu aku nikmati dan rindukan.

Tidak jauh, itu menurutku. Entah menurut Daiyen bagaimana. Yang jelas, dia jejeritan sambil memegangi pundakku erat-erat setiap kali ada yang salah. Entah dengan jalannya, entah dengan aku-nya. Kita pun sampai pada sebuah portal. "Mas, kebun teh lewatnya mana mas?" "Masuk aja, Mbak. Masuk aja. 5 ribu ya." Setelah membayar, kami pun meneruskan perjalanan sambil celingak-celinguk mencari hamparan pohon teh. Tapi dari portal sampai ke parkiran, aku nggak melihat tanda-tanda perkebunan teh. Semuanya suket. Piye? Ora sido pucuk pucuk pucuk. Kutanya pada mas-mas parkiran, katanya ini Suroloyo. Kutanya kebun tehnya dimana, katanya ada di atas. Naik aja. Bro, ternyata ini adalah Puncak Suroloyo. Bah! Oke, kita naik.

Broooo.. tangganya brooo.. saingan karo undak-undakan makam raja-raja Imogiri!
Udara di Suroloyo memang cukup sejuk, terutama ketika angin datang. Tapi matahari tetep aja panas menyengat. Kembali kukumpulkan semangat sambil ngemut lolipop. Satu satu kakiku menaiki anak tangga sambil mencari kebun teh. Endi kebun teh? Siji loro telu. Siji loro telu. Akhirnya kita sampai di puncak dan tidak ada kebun teh tuh. Kalo orang pacaran sih ada. Asem tuh mas-mas di parkiran.

Puncak Suroloyo. Dari atas sini, semuanya tampak begitu kecil

ZONKED! Namanya juga hidup. Kadang di atas, kadang pengen ke kebun teh tapi malah ketemu tiga couple bermesraan. Aku sih biasa aja. Bagaimanapun, aku jadi pernah ke Suroloyo walaupun tanpa disengaja. Matahari semakin tinggi, perut semakin keroncongan. Itu semua mungkin tidak ada hubungannya, tapi bodo amat. Apakah kita akan selamanya memandangi mereka berenam mbojo? Enggak kan? Enggak. Makanya kita harus turun. Menuruni anak tangga terasa lebih menyenangkan ketimbang naiknya. Pemandangan.. pemandangan.. di sebelah kanan, ada beberapa tanaman kopi yang membuatku nggumun. Iya, aku pancen ndeso kok. Aku seketika langsung melompati pager untuk memetik beberapa biji kopi. Kopi! Sesuatu yang sangat kucintai e. Hahaha! Di sebelah kiri ada tanaman teh. Kebun teh? Gila nih kebun teh, tadi kemana aja kok nggak kelihatan tapi sekarang bisa kelihatan? Ini pasti mistis. Ini pasti bukan salah mataku pemberian Tuhan. Ini pasti mistis. Kebun teh itu lebih terlihat seperti kebun telo dibandingan kebun teh. Sedikit banget tanaman tehnya, dan ditanam jarang-jarang! Jelek! Aku nggak minat. Aku mauk pulang.

Laper, kita melipir ke warung yang ada di depan kebun teh jelek itu. Dian juga mau sholat, jadi aku nungguin dia sambil makan indomie dan menyeruput kopi tubruk. Adegan yang sama pernah kualami di perkebunan teh di Lembang, Bandung bersama para gembel itu. Ah, jadi kangen mbolang banget woi! Saat makan di rumah warga begini yang bisa kita lakukan adalah ngobrol dengan pemilik warungnya. Kebetulan pemilik warung itu adalah sebuah keluarga selo. Ibu, Bapak, dan anaknya yang bernama *embuh, pokoke ngarepe Y*. Ibunya sibuk membuatkanku indomi, anaknya senyum-senyum sambil berkali-kali memanggilku "mbak" hehe (untung bukan mas), dan bapaknya kongkow di depan warung. Kutanya saja, dimana letak kebun teh yang kabarnya jadi tempat wisata di daerah ini. Bapak itu ternyata cukup tau lokasi yang kumaksud. Oke, semangatku untuk berpetualang pun kembali. Berkat segelas kopi tubruk dan semangkok indomi panas juga, tentunya :)

Kali ini perjalanan terasa lebih heroik. Bagaimana tidak? Jalannya asoy. Silahkan caritau dan rasakan sendiri. Kamu nggak penasaran? Mbok penasaran to, plis :|
Semangat dan tekad kuat melahirkan hasil, bro. Biarkan gambar-gambar ini yang bercerita karena tangan gue sempal.

Kebun Teh di Samigaluh, Kulon Progo

Me on tea walk!

Ampun, Mir! :))

Ya, demikianlah cerita perjalananku. Cukup berkesan untuk dijadikan bahan ngeblog. Terimakasih semua. Kepada pembaca, kepada semua rekan perjalanan, ibu-ibu warung, bapak-bapak tukang bangunan, bapak-bapak kongkow, adek-adek anak sekolahan, ibu-ibu penjual sayur, dan semuanya yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu. Tanpa kalian, mungkin aku nggak akan sampai di rumah. Kalian semua terberkati. Hehe

Kamis, 27 Desember 2012

Wonogiri! Hahehahehahe

Hai. Ada yang tau wonogiri?
"....."
*ampun*
Gimana sih kamu. Masa wonogiri aja nggak tau? MASA NGGAK TAU?! Kalau kamu nggak tau wonogiri, mungkin kamu harus tanya sama @jun_kenyut atau @yudha_benni . Keduanya adalah putera dan puteri wonogiri yang membanggakan, mengerti dan memahami wonogiri melebihi google. Sangar kan.

Waduk Gadjah Mungkur, Wonogiri

Nah, kali ini ane akan bercerita mengenai kesempatan weekend hore di wonogiri. Kesempatan kadang hanya datang satu kali. Mungkin beberapa memang datang dua atau tiga kali. Tapi jika kesempatan nggak datang-datang, ciptakanlah kesempatanmu sendiri *iki opo*. Jadi beberapa hari yang lalu ane liburan ke wonogiri, destinasi yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya. Hahaha! Liburan itu berawal pada suatu pagi yang hectic, dimana ane sedang sibuk mengerjakan tugas di kos temen sebut saja Daiyen. Entah sarapan pake apa ane pagi itu, yang melintas di pikiran ane adalah waduk gadjah mungkur. Kemudian ane membayangkannya. Hanya dengan membayangkan, ane jadi penasaran. Sepertinya iseng membayang-bayangkan itu bisa berakibat berkepanjangan. Hati-hati ya dengan apapun yang kamu bayangkan. Hehe Semata-mata hanya karena ane mengalami rasa penasaran yang mendalam pada waduk gadjah mungkur,  ane lalu meng-sms kenyut. "Nyut, aku ingin ke wonogiri". Dia lalu menghentikan sarapannya kemudian riang gembira.
Singkat cerita, hari itu juga kita berangkat ke wonogiri tanpa pamitan sama sanak saudara. Pada hari-hari berikutnya akhirnya ane tau bahwa mereka pun nggak nyariin keberadaan ane *baygon mana baygon*.

Ternyata Jogja-Wonogiri jauh, padahal perasaan deket. Perjalanan Jogja-Wonogiri butuh waktu sekitar 3 jam naik metik. Gimana kalo jalan kaki? Ya yang pasti ada pertanyaan-pertanyaan yang nggak perlu untuk dijawab supaya yang tanya mikir sendiri. Ya, jadi tiga jam perjalanan itu sudah termasuk lampu merah, polisi tidur, dan mampir beli martabak. Jadi ceritanya ane nebeng kenyut yang pulang kampung dan ingin membawakan oleh-oleh martabak. Malam itu kita sempet kehujanan juga di jalan dan basah. Maybe pas itu kenyut berniat adegan india-indiaan gitu di bawah rintik hujan tapi setelah melirik ane niat itu kandas sudah. Hahahah ya, pesan yang dapat dipetik dari paragraf ini adalah bahwa LDR itu tidak mudah.

Akhirnya kita pulang ke rumah kenyut setelah menyantap capcay paling enak sedunia *ini menurut kenyut* yang ane iyain aja biar cepet. Sesampainya di rumah kenyut, ane dikenalin sama keluarganya gitu. Ternyata dia berniat serius ya selama ini? Gue pikir dia cuman ciyus aja. Jadi kepikiran deh *ini ngomongin apaan*
Malam pertama kita berdua tepar *ini apa lagi*
Paginya kita berencana buat menjelajahi wonogiri. Emang ada apa aja sih di wonogiri? Eits.. jangan salah ya. Di wonogiri itu ada waduk terbesar seasia tenggara. Ya memang dimana-mana yang namanya waduk itu menampung air doang sih, begitu juga dengan waduk gadjah mungkur. Airnya pun keruh a.k.a buthek. Lah, kok ane malah nyacat? Hahaha bentar dulu dong, ini belum selesai. Buthek-buthek gini, tahukah kamu bahwa waduk gadjah mungkur punya manfaat yang sangat banyak, terutama bagi penduduk sekitar? Yaaa salah satunya adalah untuk foto foto. Tapi jujur kacang ijo ketan hitam, sesampainya di sana ane nggak tahan sama panasnya yang bener bener hot-hot potato. Jadi kita duduk di bawah pohon rindang sambil kipas-kipas. Elit sekali.

Wisata wonogiri nggak berhenti sampai di sini aja. Ane beserta ketiga temen ane yang kesemuanya adalah putra dan putri wonogiri ini bermaksud untuk mendaki bukit gantole, spot pergantolean di wonogiri yang katanya (katanya orang-orang wonogiri) memiliki pemandangan yang indah. Dari atas bukit kita dapat melihat seluruh perairan gadjah mungkur dan pada saat itu juga ente akan spontan manggut-manggut, memahami arti hidup. Jika beruntung, ente akan mendapati orang-orang yang bergantoleria di bukit ini. Sayang, hari itu kita nggak ketemu sama orang-orang yang main gantole. Dan jika ente adalah seorang anak layangan sejati, mungkin ente akan menyesal banget gara-gara nggak membawa layangan. Pasti seru lho main layangan di ketinggian gitu. Anginnya tuh ideal banget buat menerbangkan layang-layang. Tapi nggak masalah nggak bawa layangan selama ente bawa pacar. Main pacar juga lumayan seru kok. Anginnya tuh ideal banget buat menerbangkan pacar. Teeeet! *oke, something wrong*

Nah, ini dia beberapa momen yang berhasil dibekukan untuk mengabadikan ane dan wonogiri :)

berniat levitasi hore, but totally failed :\
mengejar bidadari

pirates of gadjah mungkur!

aku dan sakura kuniiiing! *grin*

pirates of gadjah mungkur :))

me and tingti

Senin, 20 Februari 2012

Bukan Mbolang Biasa (Dieng Plateu, 18-19 Februari 2012)

HAHAHA halooo apa kabar semua? Maaf ya, lama banget nggak posting. Sementara ini alesannya masih sibuk ngetweet bahaha #plak. Gimana liburannya teman-temin? Menyenangkan atau gersang? Ha? Di rumah doang? Kesian banget sihh.. aduduh, itu nggak banget tau nggak. *dikeplakin* -_- Hahaha yup kawan-kawan, mau hore atau nggak hore sayang sekali liburan semester genap ini habis juga. Jadi buat anda-anda yg melewatkan liburan ini begitu saja, rugi meeeen RUGI! Hahaha kalo ane sih, tentu saja ane pengen membuat detik-detiknya menjadi dahsyat. Hmm.. dahsyat itu yang gimana sih? Ya yang hore. Yang manteb. Yang mak jos. Ya gitu deh, susah dijelasinnya. Hmm.. gimana kalo mbolang lagi? Ahahaha brilliant! Udah lama nggak mbolang, rasanya laper meeen. Kangen mbolang bangeeet.. Hahahaa tapi sama siapa? =___= #KRIK Ya, sepertinya ane memang harus bergerak di sini. Sms-sms yang masuk di hape ane nggak jauh-jauh dari "Cung, ayo dolan!" "Cung, ayoo mbolang nengdi?" dan rentek-rentek lainnya yang topiknya nggak jauh-jauh dari ngajakin hedon. Temen macam apa sih kalian? Temen macam apa sih ane? Image ane segitunya ha? Kalo gini caranya, secara halus mereka tuh lagi nyuruh ane buat ngomporin anak-anak dan bikin program besar mbolang lagi. Ini sungguh telo. Image ane adalah panitia dolan #ngek.

Iyasih, ane juga kangen mbolang *jiahhh*. Kangen ini nyesek banget kalo ditahan-tahan dan sepertinya Tuhan nggak akan tega membiarkan liburan ane suram. Karena kalo liburan ane suram, ane bisa mati bsssstttt. Tuhan pun bermaksud mengobati rasa kangen ini lewat pembicaraan konyol dengan @hayuwindar di wai em. Pembicaraan gajebo di sisa-sisa liburan semester genap tersebut mengarah pada mbolang yang begitu ane kangenin itu. So, kemana? Kemana? Kemanaaa? Yup, sudah pasti otak ane menjalar berputar dan dikocok-kocok *berasa arisan. Akhirnya setelah muter-muter nyebutin tempat seindonesia *lebay sih ya*, tujuan yang kita tentukan adalah Dieng Plateu, Wonosobo, Jawa Tengah, Indonesia. Wokeee... itu ajib bangeeet! Coba googling deh cekidot cekibrot bekicot. Dataran tinggi yang pemandangannya luar biasa, dijamin ampuh bikin mata melek. Seinget ane, udara di sana itu dingin sadis. Udah pasti nggak mungkin ente kepet-kepet pake koran sambil udut-udut di sana. Hahaha iya, sebelumnya memang ane udah pernah ke sana bareng tuyul, ibu suri dan antek-anteknya. Waktu itu kita naik mobil. Jadi, kali ini ane pengen nyobain naik motor. Sepertinya akan luar biasa seru karena meluncur di aspal dari ketinggian bisa diimajinasikan naik awan kinton. Hahaha


Pemandangan dari atas awan kinton ;b

Setelah menentukan tempat, kita sebagai otak dari perbolangan ini melaksanakan oprec alias open reqruitment. Ane ngajakin temen2 ane, Paksi ngajakin temen-temennya. Jelas ane yang lebih sukseslah. Dia cuman bawa satu biji manusia. Ane bawa tiga. Bakat ane memang nggak diragukan lagi sih dalam hal ini. Bahahaha! Oprec tersebut berdasarkan seleksi superketat, wawancara minat bakat, tes IQ, dan tes seberapa banyak makanan yang mau dibawa *wakakak*. Dan personil yang terpilih adalah @Mircung @hayuwindar @etanadiarta @prinsputri @febtiankhusnant dan Tori-tori yang sampai jaman sekarang belum punya akun twitter. Kesian bener, nggak punya twitter = nggak punya hidup. Oiya, di sini ane mau mengucapkan turut berdukacita sedalem-dalemnya buat yang nggak lolos ikutan seleksi. Lain kali maybe, semoga beruntung ya wahahahaha *dilempari jumroh*.


Sabtu, 18 Februari 2012. FYI, tidak seperti yang dikehendaki siapapun, malam sebelumnya ane malah mengikuti fearfactor gotong2 korban sehingga bisa dikira-kira sendiri betapa teparnya ane karena baru pulang jam sebelas malam, itu pun setelah berhasil membolos. Fear factor apaan sih? Silahkan nyimak di sini: fearfactor. Nah, kamfretnya.. setelah acara fearfactor 'seru' tersebut ane masih packing dan baru merem jam setengah dua. Anggota gerak ane nggak patut dipertanyakan wujudnya. Jelas masih seksi. Di sini ane nggak tau ada hubungannya apa enggak antara fearfactor dengan kebudekan telinga karena 8 kali miskolan subuh-subuh pengganti alarm ane kacangin mampus hingga miskolan ke 9. Maaf yah buat fans-fans yang ngerasa miskol, mungkin telinga ane ketinggalan separoh di hutan semalam dan itu sama sekali di luar kuasa ane :'>. Akhirnya setelah mengangkat telpon *bahaha diangkat* ane langsung koprol dari kasur *lebay sih, kenyataannya ngesot kok* dengan penuh semangat setelah nyadar bahwa hari itu akan jadi hari super panjang dan menyenangkan. Yuhuuuuu! AYO SEMUA BANGUUUN! *pinjem toa mesjid* -_-

Kita berangkat jam 7 pagi buta dari kampus. Yaaaa itu udah ngaret karena ane sebagai humas sebenernya udah kowar-kowar buat ngumpul jam 05.30 *preketek*. Tapi berhubung boker dan sarapan itu menyangkut nyawa dan kesejahteraan perjalanan yaudah sih ngaret dikit masih bisa ditolerir laaah.
Perjalanan Jogja-Dieng memakan waktu 4 jam sesuai dengan perkiraan. Pantat jelas rata kena cetakan jok motor. Tapi bagaimanapun, puji Tuhan karena perjalanan kita lancar jaya tanpa nyasar. Ini berkat Paksi juga yang sebelumnya sudah menjereng mata buat mantengin google earth dan tetek bengeknya demi memastikan rute perbolangan kali ini. Yup, dia memang pantes dapetin popmi. Apalagi, hari itu cuaca bersaudara banget deh pokoknya hahaha *nggak seperti yang digosipkan bahwa cuaca Dieng begitu labil. Biasanya hujan turun setelah jam 12 siang. Jadi kepada siapapun yang sudah menyewa pawang hujan, ane ucapkan terima kasih banyak ya :D

Obyek wisata di Dieng Plateu ini rentek-rentek kawan-kawan. Jadi nggak bisa cuman dateng mak nyik lalu pulang. Dari 21 obyek wisata di kawasan Dieng ini dia yang kita samperin.


Perkebunan Teh Tambi
Pucuuuk! Pucuuuuk! Pucuuuuk! Bahaha.. Di sini kita dapat menikmati hamparan hijau daun teh yang menyejukkan mata. Banyak banget tanaman teh beserta ibu-ibu pemetik daun teh. Itu teh aseli dan bukan tetean -_-. Kalo ngomong di sini bisa keluar asepnya lho. Keren abis. Masuk obyek perkebunan teh ini juga gratis tanpa dipungut biaya sepeserpun. Makanya keren abis. Bahaha *doyan gretongan* :))


Gardu Pandang Tieng
Sebelumnya ane curiga tulisan di gardu pandang ini salah cetak apa gimana. Tieng apa Dieng sih? Ternyata ane yang bego. Daerah ini memang Tieng namanya, bukan Dieng. Tapi bukan berarti kita nyasar. Memang sebelum sampai ke Dieng harus melewati Tieng dulu. Fiuhhh.. Biaya gardu pandang ini gratis juga lho. Keren kan? Kita bisa melihat bentangan bukit-bukit yang diselimuti awan-awan. Luar biasa bikin ane mangap-mangap. Hahaha





Telaga Warna
Katanya sih telaga ini berwarna-warni. Tapi enggak tuh, mungkin itu cuman gosip. Kita emang nggak boleh percaya gitu aja sama gosip sebelum tau kebenerannya apa. Setau ane dulunya telaga ini memang bisa berwarna warni, tapi sekarang sudah tidak seperti yang dulu lagi. Hahaha yang penting banget di sini adalah pemandangannya bagus buat foto-foto lho eh! *ngek* :D Di belakang telaga ini masih bisa disusuri. Kita akan menemukan gua-gua yang aneh2 namanya *ane nggak afal* salah satunya adalah Gua Semar dan Gua Jaran CMIIW :))

Sudah lewat dari jam dua belas dan hari masih cerah. Luar biasa! HAHAHA kita pun lanjut berburu penginepan karena nggembel di sini bisa berakibat hipotermia *halah opo kui* hahaha. Yo pokokmen kui lah. Akhirnya kita menyusuri homestay2 yang rentek-rentek di sekitaran objek wisata. Harganya macem-macem, mulai dari puluhan sampe ratusan ribu. Pinter-pinter nawar aja deh pokoknya. Nggak terlalu mahal juga kok ;)
Setelah berburu penginepan, kita laper dan nggak sabar pengen nyobain makanan khas Wonosobo yang konon sangat fenomenal itu *lebay woi*. Mie ongklok dan tempe kemul. Beuh, sedep.. kuah kentalnya nendang walaupun ini bukan mi sedap. Tapi dari dulu sampai sekarang.. indomieee seleraku :D Bahahahahahaha *iki opo yo ra jelas banget* -_-

Menikmati mi ongklok, teh anget, dan tempe kemul khas wonosobo :)

Malemnya kita stay di homestay sambil ngantri mandi. Ha? Mandi? Seriously? Yoyoylah, walaupun kita bolangers sejati kita tetep selalu menjaga kebersihan badan *pencitraan*. Sementara nunggu giliran mandi kita pokeran dan tipu-tipuan. Di situlah ane menemukan bakat terpendam lagi sampe ane galau sebenernya ada berapa bakat yang ane miliki? Terharu sumpah :'>. Main kertunya ini seru banget apalagi yang kalah dicoreng-coreng pake bedak bayi. Sebenernya ane nyesel karena peraturannya kurang menantang. Coba kalo dicoreng pake remason, gitu kan oke ya *dikeroyok masa*. Hahaha remason ki opo yo? Ra ngerti koe? Ra gaul tenan. Hahahahaha
Ngakak memang menyebabkan laper. Akhirnya kita memutuskan keluar dari kamar buat mencari sesuap nasi. *mbuka pintu* cengenget.. BRRRRRR! Ini berasa mbuka pintu kulkas meeen. Tapi karena laper ya apa boleh buat akhirnya kita tetep keluar cari makan dengan pakaian seadanya *ini sengaja apa memang songong*. FYI doang, kita bertiga (ane sama yg cowok-cowok) pake kaos oblong sama celana pendek. Kesongongan yang tiada tara -_-. Sampe di bapak penjual nasi goreng dinyinyirin mampus, "Mas mas.. wonosobo panas ya mas?" Buahahahahaha! :)) duodoooool.

Nasi goreng khas wonosobo *njuk opo2 dikhaskhaske* -_-


Geng flamboyan :) *putrek buang kalen* :p

FYI suhu di Dieng ini nggak main-main lho temanteman. Suhu di Dieng ini serius. Serius abis. Dingin pake banget meeennn.. makanya kita keluar pake celana pendek sama kaos doang *kayanya ada yang salah ya*. Dan malemnya ane nggak bisa tidur karena nggak ada guling, nggak ada twitter, dan nggak ada duit. Mampuslah ane. -______-" ~@#$#$^&~!@#$%^& Oke lanjut, akhirnya ane malah ribut-ribut sendiri. Yap, insomnia sendiri tuh bener-bener nggak adil banget rasanya. Ane pun secara naluriah bikin keributan. Guling sana guling sini koprol sana koprol sini sampe semua yang tidur keganggu bahahahahaa *dikeplaki*. Akhirnya manusia yang tersisa cuman Paksi doang. Yaudah lumayanlah daripada nggak ada manusia lagi. Di sini lagi-lagi ane menemukan ide brilliant. Adu! Hahaha Main poker? Ane menang. Adu jempol? Ane menang. Ah, nggak seru deh kalo menang terus gini. Akhirnya ane bobok aja daripada diserbu massa. Buahahahaha :p

Paginya demi apa ane bisa bangun jam tiga. Langsung deh ane patokin semua rejekinya ayam! Bahahaha puaslah ane balas dendam sama ayam yang gosipnya suka patokin rejekinya ane pas bangun kesiangan. Sebenernya ane bukan bangun juga sih tapi belum tidur #ngek. Yup, tentu saja ane masih semangat. Hari kedua di Dieng Plateu ini akan kita awali dengan berburu sunrise di tempat termasyur di sini. Bukit Sikunir di Desa Sembungan. Yeaaaay! :)) Setelah gosok gigi dan mandi *mandi anggota gerak doang sebenernya*. Kemudian kita membuka pintu kulkas kembali. Nyessss.. di depan pintu ada beruang kutub -____- Sori imajinasi liar. Wuss.. kali ini jauh lebih dingin. Berapa derajat ini? Brrrr.. Pake baju lapis empat ditambah sarung tangan unyu-unyu pun kita masih kedinginan mampus. Mungkin harusnya kita mantolan gan -____- *ide bosok*
Bagaimanapun, semangat kita nggak akan surut begitu saja. Pagi itu kita menembus kabut, menyusuri jalan berawan, melata mendaki bukit demi menyaksikan matahari keluar dari sarangnya. Jalan menuju desa Sembungan bisa dibilang cacat. Apalagi hujan turun semalam jadi ada beberapa bagian jalan yang becek dan licin. Makanya harus ekstra hati-hati.
Untuk mencapai puncak bukit Sikunir kita harus mendaki *ngesot sebenernya* kurang lebih sejauh 1km. Lumayan ngos-ngosan juga lho, jadi jangan lupa bawa air minum daripada ente kehausan di jalan dan terpaksa minum air telaga. Atau air kawah? Wew.
Sampai di puncak *bukit* matahari tampak menyembul cantik di ufuk timur. WAAAAAA!!! Luar biasa! :D



Puncak Bukit Sikunir


Menggeh menggeh :))

Setelah puas melihat matahari terbit kita pun berniat mengisi perut. Judulnya sekarang perjalanan ke barat mencari nasi. Hahaha habis gimana lagi? Cacing-cacing udah pada demo. Hahaha.. berhubung ane ngidam indomi *teteup* ane berburu indomi yang kuahnya nendang itu. Tapi sial! Ane pesennya indomi malah dibuatin sarimi. Ini ceritaku. Apa ceritamu? -____-"
Perut sudah penuh tapi mata masih berat. Jadi kita putuskan untuk kembali meluncur ke markas flamboyan *halah* daaaaaaaaaan ngebo lagi. Hahaha

Syukurlah kita masih bisa bangun lagi hahahaha. Perbolangan kali ini pun lanjut ke kompleks Kawah Sikidang yang bau belerangnya pekat banget. Bulu hidung ane rontok dua helai di sini. Emang sialan ini kawah -____-" Tapi pemandangannya apik tenan buat foto2 hehe *teteup* ;b


Tori berjalan gontai menuju kawah membawa parang *mengantar 3 ekor tumbal* :))


Foto bersama kemudian #PLUNG ;))
Tidak jauh dari kawah Sikidang, terdapat kompleks Candi Arjuna yang lokasinya ditanduri pohon-pohon cemara *ditanduri meeen* -_-. Keren abis pemandangan di sini, berasa di kahyangan dan berasa bidadari yang turun dari motor #ngek.


Candi Arjuna dan para bidadarinya wuahahaha :))

Padang Ilalang. Aku bunganya dan mereka hama-hamanya :))

Sepulang dari candi kaki ane berubah menjadi telo. Apakah ini kutukan? Wew. Selanjutnya kita berburu oleh-oleh. Berhubung ane dititipin kentang sama ibu suri *ngek banget ini*, ane terpaksa berburu kentang. You know lah kentang itu lumayan berat juga yaaa.. sempet ane pengen beliin di pasar deket rumah ane aja. Hahahaaa *luput*. Temen-temen yang lain beli carica dan keripik jamur khas Wonosobo untuk dibawa pulang. Ane bawa candi.
Waaaah.. akhirnya sampe rumah dengan tampang kumut-kumut. Capek, basah keujanan, laper pula. Wahahaha tapi puas sekali mak JEDIENGGGG! :))
Hihihihi sampai jumpa di kisah perbolangan selanjutnya dan salam gembel tiada tara! :D









Minggu, 23 Oktober 2011

JJC Bikin Ane Hampir Gila Zzz

Pada beberapa pagi melek adalah perjuangan. Begitu juga dengan pagi ini. Ane terkapar di kasur dengan posisi superpewe di antara bantal-bantal penyenyak. Badan ane pegel-pegel butuh jamahan koyo. Ini jelas gara-gara peristiwa semalem. Ane terlibat aksi gencet-gencetan massal yang amat berbahaya. Sekarang kaki ane emang tinggal dua. Tapi ane bersyukur karena masih diberi umur panjang. Ane berhasil pulang setelah hampir tengah malam terus cepet-cepet mandi untuk menyucikan diri dari apa yang baru saja ane lakukan. Buset kaya habis ngapain aja sih.
Semalam emang ane habis ngapa-ngapain. Yaiyalah, ada karnaval besar di sepanjang Jalan Malioboro gitu loh. Kalo nggak salah namanya JJC yang kepanjangannya Jogja Java Carnival. Eret-eretan itu sukses menyedot perhatian masyarakat sehingga sepanjang emperan jalan dipadati manusia-manusia kurang kerjaan *ane include. Apa sih yang mau dilihat? Karnaval doang. Apa mereka nggak punya gawean? Oke, malam itu adalah Sabtu malam. Tapi heloo.. plis. Apakah empet-empetan nonton karnaval itu romantis? Kalian nggak malem mingguan di tempat laen? Atau semua yg nonton karnaval ini jomblo? Oh.. *celingak celinguk nyari yang oke*

Ane hampir tau segala-galanya dari twitter *cuih, lebay*, termasuk karnaval JJC ini. Pada awalnya ane emang pengen nonton sebagai ajang seru-seruan. Dan pengen itu akhirnya jadi niat setelah pas malemnya (H-1) diajakin nonton sama Pren. Orang ini emang hobi banget ngajakin yang aneh-aneh begini. Dan ane mau-mau aja sih diajakin aneh-aneh. *di sini kesannya dia yang nyesatin ane ya buahaha puas ane* *eh
Akhirnya ane pun mengiyakan. Diajakin beginian, ane bisa tiba-tiba jadi yesman. Kapan lagi sih ada karnaval gede gini ya kan? Biasa, ababil. Nggak tau resikonya apaan, main tubruk aja apa aja yang di depan. Beneran deh, baru berangkat aja ane udah sotoy. Ane sengaja berangkat mepet karena merasa punya jalan pintas *jalan selebar bibir kudanil di depan taman pintar itu tuh* *iya, menurut ane itu jalan pintas*. Ternyata ini nggak cuman sotoy tapi juga bego. Jalan pintas yang ane bangga-banggakan itu ternyata juga penuh dengan cecunguk-cecunguk yang menyerbu malioboro. Ah, sungguh telo. Mereka semua tau rencana ane dari mana coba? Zzz


Beneran. Yang biasanya limabelasmenit nyampe, ini limabelasmenit cuman bisa selambaian bulu ketek doang. Ane muter-muter, nyeberang kali, mengarungi jembatan, dan akhirnya nyampe. Untung karnavalnya belum kelar. Sampe di lokasi ane udah jadi nenek-nenek. *Nenek-nenek super yang harus bisa loncatin pager beberapa kali soalnya nggak ada pilihan laen.

Karnavalnya ini bagus tapi nggak bisa dilihat. Sama aja. Ibaratnya tuh kaya cowok cakep dikrukupin sarung. (-.-)a Akhirnya ane sama pren yang pengennya ketemu temen-temen yang juga pada nonton karnaval nggak jadi pengen. Yang pengennya poto2 nggak jadi poto. Merambat semeter aja rasanya kayak disuruh merambat semeter sambil dorong tronton. Nah, kebayang kan? Capek, ngos-ngosan, dan sumpah lebay banget ini ceritanya. Di situlah ane bersyukur bukan pengidap asma. Bisa-bisa ane mampus dengan tidak senonoh di tengah lautan manusia dengan motivasi yang salah. Nonton karnaval. Yaelah banget.. apa kata ibu suri dan baginda? Apa kata pacar? *eh Dan di tengah-tengah kerumunan bertabur ketek-ketek basah itu, yang mangap-mangap sambil jinjit-jinjit kayak orang kelelep di empang, sambil teriak-teriak "Aku mau pulaaang", nah, itu ane.

(-_-)'

Demi masa depan, ane harus keluar dari lautan manusia ini. Satu-satunya cara adalah lompat pager. Tau pager benteng vredeburg nggak sih? Nah, itu dia pagernya. Pager itu kezoom out - zoom in selama ane berpikir keras loncat atau mati? Loncat atau mati? Akhirnya ane loncat pager. Kesatria banget ya *kesatria apa maling jemuran? -.-a*. Dan di situ ane keseleo. Sialan. Lama nggak ngecheers ya gini deh hasilnya *ngecheers di sahabat dahsyat peres jemur* -_-

Berhasel. Dan yang bikin ane pengen ngakak sambil permisi adalah karena setelah kita berdua lompat, pager itu ditutup pake motor biar nggak ada yang ikutan lompat lagi. Iya, kita emang pioneernya *dikeploki* *bangga*. Yeah, waktu itu nilai oksigen meningkat berpuluh-puluh kali lipat dari biasanya. Dan berhasil terbebas dari perebutan oksigen itu berasa sesuatu banget ya *Halah syahrini terus apalane. Bosen ah.

Ternyata karnaval itu emang bener-bener. Ah, biarkan gambar ini saja yang menjelaskan semuanya.

demi
Dari dalem benteng vredeburg ane nggak bisa liat apa-apa selain arak-arakan yang super tinggi. Apaan coba, masa liat pucuk-pucuknya doang. Akhirnya ane berupaya untuk naik tiang-tiang yang bisa ane panjat *barbar banget*. Emang sih barbar, tapi nggak sebarbar gambar di atas ya. Sumpah, itu parah banget bikin ane mangap-mangap.
Semakin malam jalanan yang tadinya penuh jadi agak mendingan. Untuk kesekian kalinya ane sama Pren loncat pager untuk mendekati jalan raya. Akhirnya kita dapet pemandangan yang lumayan bisa diliat. Kalo mau pun ane bisa turun ke jalan buat difotoin sama eret-eretan. Tapi ane udah males. Akhirnya kita cuman duduk di atas pager *iya, DI ATAS PAGER* sambil ngeliatin kepretan Jogja Java Carnival. Di situ ane malah ketemu orang gengges yang nggak jelas banget ngajakin ngobrol. Lama-lama ane mulai curiga sama orang itu dan berniat kabuuur. Orang itu rupanya ngikutin kita meen! Tiba-tiba pacar ane muncul dan pegang tangan ane. Di situ ane meleleh. Dia bilang, "Apa?" dan orang nggak jelas itu langsung ngacir. "Makasih yaaa.. heuhueheuhauheu.." #PLAK
Akhirnya kita berdua kabur beli ronde *ini penting*. Sumpah, serem banget itu orang. Ngebet nggak jelas gitu. Dari itu kita dapet hikmah lain kali harus bawa cowok kali ya biar nggak digenggesin. Siapa? Pak RT? Ya, siapa aja deh (-_-)'. Ane kapok, amit-amit nggak mau lagi HOAAARGGHH..