Selasa, 12 Maret 2013

SKRIPSI Behind the Scene - 1

Tidak bisa dipungkiri bahwa fase kehidupan mahasiswa akan sampai pada fase menyenangkan berjudul NGURUSIN SKRIPSI. Begitu juga dengan aku. 
Dadi, ayo bro kita selesaikan dengan baik apa yang sudah kita mulai!

My Scriptsweet Gangster, Uthe2 Upil dan Daiyen :*

Rabu, 6 Maret 2013
Lokasi: Ganjuran
Ini adalah revisi edisi XXX. Mencari subjek penelitian untuk kepentingan skripsi ternyata sulit sulit susah. Kebanyakan persyaratan, kayak orang mau lamaran aja. Berhubung dosen pembimbingku tiba-tiba kurang setuju dengan subjek yang sudah kulobi dari jaman dinosaurus, dengan senang hati aku harus kembali melakukan survey. (FYI, di dalam pengerjaan skripsi, segala sesuatu yang "tiba-tiba" sangat dihalalkan. Apalagi kata dosen pembimbing, untuk kebaikan penelitian kita. Untuk bangsa Indonesia!). Jika sudah membawa nama Bangsa begini, aku menyerah wae. Aku bisanya cuma ngetweet. Maka dengan apapun yang dikatakan dosenmu, silahkan manggut-manggut dan bilang "Nggih".
Sore itu juga (personil: aku, Daiyen, Sandra) meluncur ke Ganjuran untuk mengunjungi salah satu panti asuhan swasta yang menjadi incaran utama. Kita bertemu dan berbincang dengan kepala pengurusnya, dan berhehahehe supaya diijinkan untuk melakukan penelitianku di sana. Kamu pikir gampang? Ternyata kita tidak diijinkan, bro. Beliau sudah jelas-jelas menolak walapun secara halus. Aku kudu piye?
Foto-foto wae. Senjanya cantik, bro. Haha

 Mengintip senja di balik rimbun pinus

Senja di Ganjuran

Untunglah kepala pengurus panti itu cukup baik memberikan solusi sebagai pengganti. Ibarat cintaku ditolak Adam Levine,  kemudian dicarikan pengganti John Martin. Fear. Dan benar, Sabtu ini aku akan berangkat ke Boro, Kalibawang, Kulonprogo untuk menemui kepala pengurus panti yang telah direkomendasikan kepala panti Ganjuran.

Berikut ini adalah chat-ku dengan Daiyen Jumapolo, gengster skripsiku yang paling setia. Akhir-akhir ini aku sering memanggilnya dengan "Kak" supaya lebih imut. Dan dia pun kadang begitu. Dia juga memanggilku "Kak". Dia ingin ikut-ikut kelihatan imut? Males deh.

"Jam berapa besok, Mir? 6? :D"
"Ojo pagi pagi, Kak. Aku melek aja susah. Aku belum siap, Kak. Jam 8 lah paling ora."
"Oke oke, aku tau kok. Bawa busana pantai nggak?"
*Daiyen ini dimana sih hati nuraninya? Katanya mau nemenin aku survey skripsi kok malah mengajakku main ke pantai.*
"Kamu ingin ke pantai, Kak? Yo."
"Hahaha eh besok itu, kamu tau jalannya nggak, Kak?"
"Hahaha enggak hahaha"

***

Sabtu, 9 Maret 2013
ALARM. Dismiss. Tidur lagi.
Kemudian ada sms masuk. Pacar? Hell no. Itu Daiyen.
"Kak, aku baru banguuuuun!"
07.45. Greeeeaaat! Saat itu juga ingin kuajak tos.
"Samaaaaaa hahaha!"

Walaupun kesiangan, tapi akhirnya kita berangkat juga. Untungnya, semalam aku sempat sms teman-teman asal WestProg untuk menanyakan TKP. Kata mereka, Kalibawang itu jauh banget. Pret. Ternyata enggak.
Tapi untuk menempuh perjalanan ke sana, kita tersangkut dimana-mana. Di warung ibu-ibu (di sini aku dibeliin lolipop sama kakak Daiyen :') dan di pabrik penenunan kain. Walaupun demikian, kita akhirnya menemukan panti asuhan yang kita cari. Karena di dalam setiap perjalanan itu, kita tidak pernah sendiri. Selalu ada orang-orang di pinggir jalan untuk bisa dimintai jawaban. Bahaha

Setelah kita menyelesaikan segala urusan dan thethek bengeknya, aku mengajak Daiyen untuk main-main sedikit di Kulon Progo yang memiliki sebutan "The Jewel of Java" *uopo*. Kudengar ada hamparan kebun teh di daerah ini. Tepatnya di Menoreh, pegunungan berhawa sejuk yang tidak pernah aku sangka-sangka ada di Jogja. Berhubung memang belum pernah dan cukup kepo, kubulatkan tekad untuk mencari kebun teh Jogja yang terdengar mustahil itu. Yap, walaupun naik motor metik. Hanya berdua. Dan dengan Daiyen. Daiyen itu cewek. Dan aku juga cewek.

Perjalanan ditempuh dengan penuh kesabaran. Setidaknya dengan keyakinan yang ada dalam otak kami masing-masing bahwa pemandangan yang kita lihat nanti setimpal dengan perjalanan ini, kita bertahan. Kadang mulus kadang prongkal berbatu, kita tergoncang dan menjerit minta ampun. Kadang panas kadang hujan, kita mengeluh pada langit yang mempermainkan kita. Beruntung, tanah longsor dan angin topan tidak datang hari itu. Itulah perjalanan. Sesuatu yang selalu aku nikmati dan rindukan.

Tidak jauh, itu menurutku. Entah menurut Daiyen bagaimana. Yang jelas, dia jejeritan sambil memegangi pundakku erat-erat setiap kali ada yang salah. Entah dengan jalannya, entah dengan aku-nya. Kita pun sampai pada sebuah portal. "Mas, kebun teh lewatnya mana mas?" "Masuk aja, Mbak. Masuk aja. 5 ribu ya." Setelah membayar, kami pun meneruskan perjalanan sambil celingak-celinguk mencari hamparan pohon teh. Tapi dari portal sampai ke parkiran, aku nggak melihat tanda-tanda perkebunan teh. Semuanya suket. Piye? Ora sido pucuk pucuk pucuk. Kutanya pada mas-mas parkiran, katanya ini Suroloyo. Kutanya kebun tehnya dimana, katanya ada di atas. Naik aja. Bro, ternyata ini adalah Puncak Suroloyo. Bah! Oke, kita naik.

Broooo.. tangganya brooo.. saingan karo undak-undakan makam raja-raja Imogiri!
Udara di Suroloyo memang cukup sejuk, terutama ketika angin datang. Tapi matahari tetep aja panas menyengat. Kembali kukumpulkan semangat sambil ngemut lolipop. Satu satu kakiku menaiki anak tangga sambil mencari kebun teh. Endi kebun teh? Siji loro telu. Siji loro telu. Akhirnya kita sampai di puncak dan tidak ada kebun teh tuh. Kalo orang pacaran sih ada. Asem tuh mas-mas di parkiran.

Puncak Suroloyo. Dari atas sini, semuanya tampak begitu kecil

ZONKED! Namanya juga hidup. Kadang di atas, kadang pengen ke kebun teh tapi malah ketemu tiga couple bermesraan. Aku sih biasa aja. Bagaimanapun, aku jadi pernah ke Suroloyo walaupun tanpa disengaja. Matahari semakin tinggi, perut semakin keroncongan. Itu semua mungkin tidak ada hubungannya, tapi bodo amat. Apakah kita akan selamanya memandangi mereka berenam mbojo? Enggak kan? Enggak. Makanya kita harus turun. Menuruni anak tangga terasa lebih menyenangkan ketimbang naiknya. Pemandangan.. pemandangan.. di sebelah kanan, ada beberapa tanaman kopi yang membuatku nggumun. Iya, aku pancen ndeso kok. Aku seketika langsung melompati pager untuk memetik beberapa biji kopi. Kopi! Sesuatu yang sangat kucintai e. Hahaha! Di sebelah kiri ada tanaman teh. Kebun teh? Gila nih kebun teh, tadi kemana aja kok nggak kelihatan tapi sekarang bisa kelihatan? Ini pasti mistis. Ini pasti bukan salah mataku pemberian Tuhan. Ini pasti mistis. Kebun teh itu lebih terlihat seperti kebun telo dibandingan kebun teh. Sedikit banget tanaman tehnya, dan ditanam jarang-jarang! Jelek! Aku nggak minat. Aku mauk pulang.

Laper, kita melipir ke warung yang ada di depan kebun teh jelek itu. Dian juga mau sholat, jadi aku nungguin dia sambil makan indomie dan menyeruput kopi tubruk. Adegan yang sama pernah kualami di perkebunan teh di Lembang, Bandung bersama para gembel itu. Ah, jadi kangen mbolang banget woi! Saat makan di rumah warga begini yang bisa kita lakukan adalah ngobrol dengan pemilik warungnya. Kebetulan pemilik warung itu adalah sebuah keluarga selo. Ibu, Bapak, dan anaknya yang bernama *embuh, pokoke ngarepe Y*. Ibunya sibuk membuatkanku indomi, anaknya senyum-senyum sambil berkali-kali memanggilku "mbak" hehe (untung bukan mas), dan bapaknya kongkow di depan warung. Kutanya saja, dimana letak kebun teh yang kabarnya jadi tempat wisata di daerah ini. Bapak itu ternyata cukup tau lokasi yang kumaksud. Oke, semangatku untuk berpetualang pun kembali. Berkat segelas kopi tubruk dan semangkok indomi panas juga, tentunya :)

Kali ini perjalanan terasa lebih heroik. Bagaimana tidak? Jalannya asoy. Silahkan caritau dan rasakan sendiri. Kamu nggak penasaran? Mbok penasaran to, plis :|
Semangat dan tekad kuat melahirkan hasil, bro. Biarkan gambar-gambar ini yang bercerita karena tangan gue sempal.

Kebun Teh di Samigaluh, Kulon Progo

Me on tea walk!

Ampun, Mir! :))

Ya, demikianlah cerita perjalananku. Cukup berkesan untuk dijadikan bahan ngeblog. Terimakasih semua. Kepada pembaca, kepada semua rekan perjalanan, ibu-ibu warung, bapak-bapak tukang bangunan, bapak-bapak kongkow, adek-adek anak sekolahan, ibu-ibu penjual sayur, dan semuanya yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu. Tanpa kalian, mungkin aku nggak akan sampai di rumah. Kalian semua terberkati. Hehe

6 komentar:

Friendika Dhiah Ayu mengatakan...

Ah, sepertinya nggak jelek-jelek amat itu kebun tehnya bro..

Mircung mengatakan...

Itu kebun tehnya yang ada di foto bukan yang kumaksud, boy. Yang jelek emang nggak kufoto. Hahahay

septika prismasari mengatakan...

kereeee, marai pengen! KKN neng cerak2 kono wae po yooo -___-

Friendika Dhiah Ayu mengatakan...

wasem. mengelabui.

Mircung mengatakan...

Komengkono wae pengen. Padahal wis tekan Jepang karo Korea. Waaaah wis. Pie bro?

Anonim mengatakan...

Emperor Casino | The Best online casino in South Africa
The Emperor Casino is a 바카라 사이트 trusted casino for South African players in 2021. Read 인카지노 our casino review and get an exclusive 제왕 카지노 50% welcome bonus.